Tampilkan postingan dengan label Jalan-jalan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jalan-jalan. Tampilkan semua postingan

Sister Over Flowers, Lee Seung Gi


.

Sudah lama rasanya tidak berkunjung dan mencurahkan isi hati dalam rangkaian kata (hahaha, sastra sekali ya), maksudnya nulis disini. Okeh, tidak mau memperpanjang mukadimah, kali ini saya mau kembali mengisi blog ini dengan tulisan tentang ..... Lee Seung Gi. Penting ya? Dibilang penting sih engga juga, paling tidak kali ini penting buat saya. :)

pas libur sabtu/minggu kemaren, pas nyetel tv, pencet remote sana sini sesukanya, eh malah akhirnya terdampar dengan khidmat di channel tv korea (M channel, klo ga salah), sebenarnya jujur saya udah jarang nonton yang namanya serial2 korea. Dengan satu alasan, "takut terjerumus" .... hahahha. Tenang2, maksudnya takut terjerumus ke yang namanya ketagihan, soalnya dampaknya sangat signifikan terhadap saya dan kelangsungan hidup orang-orang disekitar saya. halaaahhh ... Nonton korea, khususnya buat saya, suka bikin lupa waktu, selain itu berdampak disorientasi linguistik (bahasa serapan saya ), 7 hari 7 malam nonton korea bikin saya susah membedakan mana bahasa minang mana bahasa korea. hahaha .... entah kenapa orang2 dirumahpun serasa pada sipit semua habis nonton korea berhari-hari.

Sister Over Flower, nah ini acara yang saya tonton waktu itu, sebenarnya saya ga pernah tahu ini acara apa, saya kira SOF sejenis drama korea plesetan dari Boys Over Flower. Engga! Saya salah besar. Ternyata acara ini adalah reality show ala korea. Sejenis tantangan juga sih sebenarnya. Jadi ada satu bintang tamu (artis koreanya) mereka harus mendampingi 4 wanita korea biasa melakukan perjalanan ke negara2 tertentu. empat wanita ini usianya bervariasi, ada yang masih muda sampai ada yang sudah tua banget. Nah disitulah serunya.


Pas episode kemaren, pas banget bintang koreanya adalah Lee Seung Gi, bukan cuma Lee Seung Gi yang membuat saya betah duduk berlama-lama nonton SOF kali ini. Tapi karena destinasi negara yang ditujulah yang bikin saya merem melek gigit jari ... hahaha. Turki, sodara-sodara, Turkiiii .... Ahhhhh, salah satu negara tujuan wisata yang saya impi-impikan untuk didatangi. ah, kenapa dek Lee Seung Gi tak membawa saya saja, tapi oma2 ituuuuh!!

Selama perjalanan di Turki ada drama2 ala reality show korea yang disuguhkan. Tapi semua tersaji dengan apik dan baik. Mulai dari perjalanan di dalam Mesjid Biru Aya Sophia, lucunya melihat wajah lee seung gi dan 4 sisters lainnya yang takjub dan ga berhenti ternganga2 melihat keindahan dalam masjid. Banyak kejadian lucu dan unik di dalam masjid. Sayangnya ada pemahaman yang kurang dari para pemain reality show ini tentang sejarah masjid ini, tergambar dari komen-komen mereka, yang saya pikir sedikit salah. But well, gpp sih namanya juga belum tahu.

Lanjut ke tantangan dan drama ala reality show, mulai dari para sisters yang mulai keletihan, lee seung gi yang kena kutukan gasing turki, sampe kepanikan lee mengetahui salah satu sister ada yang terpisah dari mereka. Ah lucunya lagi melihat bagaimana Lee Seung Gi harus berfikir keras karena kesulitan menghitung uang yang akan ditukar ke money changer. Pada malam hari, kutukan gasing yang dibeli oleh Lee Seung Gi masih berlanjut, karena ternyata hotel tempat dia menginap kehabisan kamar. Awalnya Lee disarankan menginap bareng di kamar 2 sisters lain dengan extrabed. Tentu saja keadaan ini bikin 2 sisters bingung dan keadaan mendadak kaku sekaligus lucu. Tapiiii, Akhirnya diputuskan Lee menginap bersama para kru dan teknisi, yang kamarnya otomatis sempit dan berisik. hahahha .... Kasian kau Lee Seung Gi .....

Kalau penasaran dengan realitty show ini, ini ada sedikit previewnya (maaf linknya aja, habis ga bisa upload)

https://www.youtube.com/watch?v=up5GGj63GU4

Masih menunggu next destination, katanya sih kroasia ..... semangat Lee Seung Gi !!!

Sumber gambar : www.google.com
Sumber Video : www.youtube.com



MERACIK SONGGI


.

Ini adalah kali pertama saya datang ke Kendari. Kendari merupakan salah satu propinsi yang berada di pulau Sulawesi bagian tenggara. Untuk mencapai kota Kendari dari Jakarta terlebih dahulu pesawat yang saya tumpangi transit sekitar 30 menit di Bandar udara Sultan Hasanuddin Makassar, kemudian baru penerbangan dilanjutkan ke Kendari yang memakan waktu 30-45 menit saja.


Teluk Kendari

Udara di Kendari terasa cukup panas. Mataharinya terik dan menyengat. Emmm, tapi bagi saya itu bukanlah sebuah masalah. Karena banyak hal menarik yang saya temukan di Kota ini. Salah satunya adalah makanannya ... Nah kali ini saya akan ceritakan makanan khas dari kota Kendari. Bukan saja unik dari segi rasa tetapi justru cara menyantap makanannya yang tidak sembarang yang membuat makanan ini istimewa. Naaaahh, ini dia


Songgi

Songgi. Yup. Songgi adalah makanan khas Kendari, yang terbuat dari sagu. Mungkin bagi saya yang terbiasa makan nasi, makan Sagu yang kental dan lengket terasa cukup aneh. Memang butuh sedikit perjuangan untuk memakannya, hehehe. Tidak sendiri, Songgi bisa disantap bersama lauk lainnya. Bukan sembarang lauk. Biasanya orang Kendari memadupadankan Songgi dengan sayur bening, kepala ikan palumara, daging, ayam, kabengga, kambatu, ikan panggang dan ikan gabus. Cara memakan Songgi pun sangat unik. Tidak sembarangan. Saya sempat bingung dengan beragam jenis makanan yang tersaji diatas meja. Untunglah pelayan restorannya mengerti sekali muka-muka bingung kami. Wajah-wajah kelaparan, walau didepan mata ada setumpuk makanan namun tidak tahu harus berbuat apa. Hehehe ...

Dengan sigap sang pelayan langsung ber”demo” didepan kami. Eiiit, bukan demo pake aksi bakar-bakar ban, tapi demo “bagaimana cara makan Songgi yang baik dan tidak kalap”. Hehehe ... 
  • Pertama, sebutir cabe rawit dipotong dan dihaluskan dengan sendok di atas piring masing-masing
  • Kedua, baru giliran Songginya. Nah cara ngambil Songgi tidak sembarangan. Tidak pakai sendok, garpu apalagi sekop, karena setahu saya sekop biasanya buat nyeruk pasir bukan sagu. Hihihi ... Songgi diambil dengan menggunakan sumpit. Satu dikanan dan satu dikiri. Sumpit digerakan memutar sehingga Songgi tergulung oleh sumpit. Nahhh, kalau udah kayak gitu Songgi yang lengket bisa di ambil dari komunitasnya sedikit demi sedikit tanpa paksaan ... :)
  • Nah giliran lauk pauk sebagai makanan pelengkapnyalah yang kemudian dimasukkan, seperti sayur bening, daging tawa oloho (tampilannya seperti sop), ayam dll
  • Dan jangan lupa menambahkan sedikit perasan jeruk nipis. Emmmh, dijamin segerrr.
Setelah pelayan restorannya selesai beraksi, akhirnya saya dan teman-teman mulai meracik makanan kami sendiri di piring masing-masing. Dengan konsentrasi tingkat dewa akhirnya dalam waktu kurang dari 5 menit saya pun selesai. Dan hasilnya ..... taraaaaa



Saya berhasil meraciknya, temans ... hahaha (versi simpel).


Sumber gambar : Dokumen pribadi

Solo Ngangenin


.

Dari beberapa kota yang pernah saya kunjungi, Solo adalah salah satu kota yang menurut saya selalu ngangenin. Berada di Solo saya merasa nyaman, udaranya yang bersih, makanannya yang enak-enak, apalagi oleh-oleh batik yang bisa dengan puas saya pilih. Satu hal yang sebenarnya belum terwujud ketika saya pergi ke Solo adalah berkeliling kota Solo dengan menggunakan sepeda. Pernah saya menginap pada salah satu Hotel di Solo yang menyediakan fasilitas penyewaan sepeda. Biayanya juga tidak terlalu mahal, Rp 10.000 selama 1 jam pemakaian. Namun sayang disayang, saat itu tinggal 1 sepeda saja yang tersisa, dua sepeda lainnya sedang disewa oleh tamu hotel lainnya. Karena kami berdua, kami putuskan untuk tidak jadi melancong keliling Solo dengan sepeda. Mungkin lain waktu.

 Tengkleng Warung Ibu Diah

Emmm, bicara kuliner, saya termasuk tipe orang yang sedikit pilih-pilih makanan. Yaaa, mungkin karena bawaan dari lahir, sudah terbiasa dengan makanan yang pedas-pedas dan bersantan. Seringkali lidah ini menolak makanan-makanan manis, khas makanan Jawa. Tapi, tidak saat saya di Solo. Memang awalnya saya sempet khawatir, ketika di Solo hanya akan bertemu dengan makanan-makanan manis sejenis gudeg dkk, tapi tidak. Justru banyak pilihan makanan enak yang bisa saya temui di Solo. Salah satunya adalah Tengkleng. Ini adalah sejenis sop daging yang gurih khas Solo. Sebenarnya saya tidak terlalu  tahu apakah Tengkleng makanan asli dari Solo atau justru dari daerah lain. Salah satu rumah makan yang selalu saya kunjungi untuk sekedar menikmati Tengkleng adalah warung makan ibu Diah. Wah, wah, penyajian Tengkleng panas-panas dengan daging yang melimpah, sungguh menggugah selera. Pada rumah makan ini, bisa dipilih apakah mau memesan Tengkleng daging sapi atau kambing. Tergantung selera. Selain tengkleng di warung makan ini juga disediakan menu lain seperti sate dan gulai. Dagingnya yang empuk dan gurih, benar-benar memuaskan selera makan saya. Warung makan ibu Diah ini berada di jalan Tanjung Anom Solo.

Selain Tengkleng, makanan Solo yang bikin saya kangen adalah bebek goreng di Warung makan bebek slamet. Walaupun warung makan ini sudah buka cabang di JAkarta, namun saya tetap prefer Bebek yang ada di Solo. Entahlah, rasanya beda, mungkin lebih karena suasana Solo yang tenang yang tidak saya dapat saat di JAkarta.  Emmmm.... Selain Tengkleng dan bebek, saya juga suka dengan makanan-makanan yang dijajakan di sekitaran jalan Slamet Riyadi, depan BTC (Beteng Trade Centre). Tempat makan ini hanya buka pada malam hari saja, mulai buka jam 7. Siang harinya jalanan dibuka untuk umum dan malamnya ditutup dan berubah fungsi menjadi tempat makan. Ada banyak pilihan makanan disini. Ada sate, soto, sop, bakso dan makanan-makanan lainnya. Yang menarik adalah, selain menyajikan makanan yang bervariasi, bersih, tempat ini juga memanjakan para pengunjungnya dengan hiburan musik dan lagu. live, penyanyi dengan organ tunggal, dimana lagu yang akan dinyanyikan juga boleh direkues oleh para pengunjung. Wah ... wah ... wah ..  lumayan kan, sembari makan dihibur sama tembang-tembang kenangan yang menyentuh jiwa, hehehe.

Satu lagi makanan yang perlu dicoba di Solo ini, gudeg ceker Bu Kasno. Walaupun saya tidak terlalu suka dengan gudeg, tapi sungguh saya penasaran sekali untuk bisa datang dan menikmati gudeg ceker bu Kasno. Setiap ke Solo, saya selalu gagal makan di tempat ini, alasanannya karena warung makan ini mulai buka tengah malam.

Untuk soal makanan memang solo tidak kalah dengan batiknya. Seperti halnya dengan kotanya, makanan-makanan yang ada di Solo juga selalu ngangenin.

Yuk, ke Solo .... :)








Sumber gambar : dokumen pribadi

Kesempatan Hidup Kedua


.




Degup jantungku bertubi-tubi menyentak bilik-bilik pada rongga dadaku, lidahku kelu, tak satupun kata yang bisa kueja dengan benar. Seharusnya rangkaian doa panjang lah yang bisa kudengungkan di saat seperti ini. Bahkan sebuah surat yang biasa kubaca berulang-ulang paling tidak 17 kali atau lebih sehari semalam pun ayat-ayatnya berhamburan tak jelas di bibirku. Allahu Akbar ... Allahu Akbar ... Allahu Akbar ... Seperti inikah akhir kisahku tertulis dalam catatan lauhul mahfuzMu? Ya Allah, gemetar mataku menutup, berharap semua hanya mimpi. Tapi ini nyata, Ya Allah, mungkin saja saat ini salah satu Malaikatmu ada diantara kami, Izroil, Allahu Akbar, dari ratusan nyawa ini siapa yang akan disapa olehnya? aku menggigil. Aku takut ...

Tiba-tiba aku ingat ibu, bapak, dan dosaku ...

Awal Juli 2013. Sebuah tugas dadakan mengharuskan saya untuk terbang ke Makassar, tiga hari, kamis hingga sabtu. Dadakan karena perintah untuk pergi kesana baru saya dapat pada hari rabu, yup satu hari sebelum keberangkatan. Karena penting, ga bisa ditunda lain waktu, adalah akhirnya saya buru-buru berburu tiket pesawat dan hotel. Tiket garuda full, akhirnya saya dan teman-teman memilih untuk menggunakan pesawat lain. Ada 6 (enam) orang yang berangkat. Kami sepakat untuk naik pesawat jam 5 sore. Pada hari H, pesawat yang kami tumpangi baru berangkat jam 6 lewat, dua kali delay.

Saat take off, hujan mulai turun, rintik kecil-kecil, terlihat sapuan tetesnya yang tersangkut tipis di permukaan jendela pesawat. Sesekali kilat menyilaukan, langit terang sebentar, sepersekian detik, dan kembali menyisakan gelap yang pekat. Kira-kira 15 menit setelah take off, pesawat sedikit bergetar, saya tak terlalu ambil pusing, hal yang biasa terjadi.  Cuaca memang tak baik, mungkin saja karena hujan atau karena gesekan pesawat dengan awan yang cukup tebal. Namun getaran pada badan pesawat tak juga berhenti. Sudah hampir 5 menit, tak hanya itu, getarannya mulai terasa kencang. Tubuh saya terdorong kekiri dan kekanan. Getarnya semakin kuat dan tak wajar. Angin seolah-olah mempermainkan badan pesawat. Saya bertumpu, memegang kuat kursi yang berada tepat didepan saya. Bibir saya tak berheni-henti melafazkan tasbih, tahlil, salawat, apa saja. Saya ingat dosa.

tak sekedar bergetar, badan pesawat berkali-kali terguncang. Tubuh saya terlonjak kuat ke atas, dan kembali terhuyung ke kiri dan ke kanan. Begitu menakutkan. Pikiran dan perasaan saya mulai tak karuan. Jujur saat itu saya merasa takut sekali akan mati. Saya ga siap, saya ga mau mati seperti ini. YA Allah, saya ingin pulang saja, bertemu dengan orang tua saya, mencium dan memeluk mereka, meminta ampun dan maaf kepada mereka. Berangkai doa dan harapan saya panjatkan saat itu kepada Allah. Berharap guncangan pada pesawat yang kami tumpangi segera berhenti. Namun di tengah doa saya, tiba-tiba saya merasakan sesuatu hal yang sangat mengerikan, pesawat jatuh kira-kira setengah hingga satu meter ke bawah. Hampir seluruh penumpang berteriak. Keadaan semakin tegang. Dari arah belakang samar-samar saya mendengar suara isakan tangis. Ini memang bukan main-main, siapa yang tidak was-was dan takut dibuatnya. Saat ini kami sedang berada di atas udara dengan ketinggan ribuan kaki dari daratan. Bila pesawat ini jatuh mungkin saja di bawah sana bukan daratan yang akan kami jumpai, mungkin saja lautan, atau tempat-tempat yang tak pernah terjamah oleh manusia.

Saya merinding, disamping saya duduk seorang lelaki setengah baya. Saya tebak umurnya sudah 60 tahunan lebih, wajahnya terlihat serius, kedua bola matanya mengatup, kedua tangannya terangkat, beliau sedang khusuk berdoa. Melihat itu saya semakin kelu, seharusnya saya melakukan hal yang sama. Namun tangan saya tak sedikitpun mampu digerakkan, lemah. Saya berdoa dalam hati, sekhusuk-khusuknya ...

Perjalanan ke Makassar yang biasanya ditempuh dalam waktu hampir 2 jam itu terasa begitu lama bagi saya, mungkin begitu pula yang dirasakan oleh penumpang lainnya. Sepanjang perjalanan getar pada pesawat masih sering terjadi, walau tidak separah sebelumnya. tasbih, tahlil, takbir, solawat, dan surat-surat AlQuran tak putus-putusnya saya lafazkan. Berharap kami segera sampai di Makassar dengan selamat.

Tepat jam sepuluh (kurang lebih) waktu Indonesia Tengah (WITA) akhirnya pesawat kami mendarat juga di Bandara Hasanuddin Makassar dengan selamat. Tak henti-hentinya saya mengucap syukur kepada Allah SWT. Sungguh Ia Maha Penyayang. Hidup saya saat ini, bagi saya adalah hadiah tak terhingga dari Allah, kesempatan kedua yang tak boleh disia-siakan.

Sesungguhnya yang paling dekat dengan manusia itu adalah kematian ...
Kullunafsin dzaiqatul maut, setiap yang bernyawa pasti akan mati ...

Sumber gambar : google

Bukan Semalam di Malaysia, Tapi 2 Jam di Bukittinggi


.

Ini judul apa curhat ya, panjang amat …. Hehehe. Ya tapi begitulah kenyataannya. Ini bukan tentang Malaisya negara yang terkenal dengan menara kembarnya itu, bukan tentang lagu “semalam di Malaisya” apalagi tentang ipin upin kartun buatan Malaisya yang bisa tembus Disney channel. BUkaann. Ini adalah tentang Bukittinggi dan Aku, aiiiiih, romantisnya. Jadi begini ceritanya, kata ustad, kalau ngaku beriman sama Allah maka harus yakin dan percaya kalau jumlah rejeki yang kita dapat setiap bulan atau tahunnya tak pernah bisa diprediksi. Alias ga bisa dihitung secara tepat. Artinya ada yang namanya rejeki  yang Allah siapkan melalui cara atau jalan yang tak terduga atau tanpa disangka-sangka. JAdi ga cuman mengharapkan gaji bulanan tok, tapi yakin dan percaya pintu rejeki itu bisa darimana saja.

Nah, tanpa diduga dan dinyana justru rejeki itu menghampiri saya. Tepat tanggal 1-3 Juli kemaren sebuah titah pun turun dari langit, ahaiii, sebuah surat yang cukup bikin hati cenat cenut berantakan, bikin pegel linu di badan lenyap seketika, bahkan saking senangnya saya tidak lagi memikirkan terjemahan kata “galau” dalam bahasa sanskerta. Bagai punguk merindukan bulan, bagai burung lepas dari sangkar, akhirnya salah satu impian saya terwujud juga. Senangnyaaa. Allah Maha Baik, sebuah surat dinas mengharuskan saya terbang ke kota kelahiran, ranah bundo kanduang. Padang.

Karena tak punya waktu banyak, kesempatan untuk singgah ke BUkittingi tidak saya sia-siakan. Saya sengaja mengambil penerbangan paling pagi ke Padang, boarding jam 6.20 WIB. Huhuhu, butuh perjuangan yang luar biasa. Sebelum subuh sehabis sahur, saya sudah harus mandi dan packing. Tepat jam setengah 4 pagi saya langsung tancap gas menuju gambir, dengan diantar sepeda motor. Gambir, masih sepi, ya iyalahhh, masih pagiii. Damri menuju bandara sudah stand by, ada 5 sampai 6 bis yang parkir. Saya melirik jam, 4 kurang 15. Belum imsak apalagi subuh. Karenanya dengan soknya saya memperlambat tempo, artinya kecepatan berjalan saya tak lagi seganas waktu berangkat dari rumah. Saya malah sok-sok an pakai mampir beli makanan ke minimarket. Memperlambat tempo ceritanya, toh damrinya juga belum jalan, masih jam 4 masih keburu, pikir saya. Eh, ternyata lagi asyik belanja saya ditinggal damri.

Saya berlari melambai-lambai, sampai mengirim sinyal SOS kepada drivernya, tapi tetap tak digubris. Akhirnya saya pasrah naik bis berikutnya yang jalan setangah jam kemudian. Walau penuh harcem (harap cemas), akhirnya sampai juga dibandara jam 5.15an. Saya langsung check in dan memilih langsung ke ruang tunggu dan menuju ke mushala untuk shalat subuh. Tepat jam 6.20 pemberitahuan untuk masuk ke pesawatpun terdengar. Dengan nasionalisme yang tinggi dan merah putih didada, saya akhirnya masuk airline yang selalu mengingatkan saya pada lagu Garuda di Dadaku itu … hehehe.

Tepat jam 8.15 pesawat yang saya tumpangi mendarat di Bandara Internasional Minangkabau. Wuiiih senangnya. Berdasarkan instruksi dan arahan dari beberapa pakar perkampungan (baca: orang yang sering pulang kampung), saya bisa naik ojek atau pun taksi dari bandara menuju ke travel tujuan Bukittinggi. Dengan nasionalisme yg mulai tergerus oleh sukuisme akhirnya saya memilih naik ojeg dengan harga 10 ribu saja. Sebenarnya juga bisa naik taksi dengan harga 15 ribu ke travel. Mencari ojeg memang sedikit susah. Jadi pilihan tergantung pada keuangan anda-anda sekalian. Sesampai di travel saya beli tiket tujuan BUkittinggi seharga 40 ribu, sayangnya bis ke BUkittinggi baru berangkat jam 10. Adalah saya akhirnya menunggu, untungnya ada teman ngobrol, seorang ibu sekitaran 60 tahun lebih. Bis datang tepat waktu, atas anjuran ibu teman ngobrol saya itu, akhirnya saya setuju untuk duduk didepan berdua dengannya, disebelah supir. Tidak rugi, karena sepanjang perjalanan mata saya puas menikmati keindahan alam yang dilalui selama perjalanan. Bukit dengan lembah yang terbentang dikiri dan kanan jalan. Semua tampak hijau, menenangkan mata yang melihat. Amboiii, rancak bana. Bis juga melewati lembah anai, salah satu objek wisata berupa air terjun. Perjalanan memakan waktu hampir 2 jam setengah. Pada travel ini, penumpang bisa rekues untuk diantar sampai alamat. Namun sekali lagi, dengan congkaknya saya lebih memilih turun di pul-terminal akhir bis travel. Saya berjalan sekitar 20 meter menuju aur kuning, karena bingung mencari angkutan umum yang dulu biasa saya tumpangi waktu sekolah menuju rumah, akhirnya saya mutar-mutar tak tentu arah. Hampir setengah jam, akhirnya tanpa rasa berdosa angkot putih bulukan itu nyengir-nyengir kuda tepat ditempat yang pertama kali saya lalui. Halahhh ….

Jam 1 teng, akhirnya saya menginjakkan kaki di rumah kelahiran saya. Sedikit haru biru, melow, nangis-nangis bawang bombai, saya lihat setiap jengkal rumah yang pernah saya tinggali hampir 18 tahun itu. Banyak kenangan, pasti dong. Setelah lepas kangen dengan etek (adik ibu saya) akhirnya jam didinding berdentang dengan sadisnya. Tiga kali. Apa artinya? Artinya Cinderella harus segera pulang, melepas sepatu kaca, dan mengikuti instruksi sutradara untuk pura-pura rela dizolimi ibu tirinya. Hehehe … artinya saya harus segera kembali ke travel yang mengantarkan saya ke Padang. Haaaah, perjalanan yang cukup singkat, tapi lumayan menyenangkan, lumayan kembali mencairkan kenangan-kenangan yang sempat terlupakan, atau sengaja dilupakan.

Nah, untuk ke Padang, saya dikenakan biaya 35 ribu, diantar sampai ke alamat. Tepat jam 7 lebih dikit, diantara malam yang gelap dan pekat, disertai hujan lebat saya sampai juga di Hotel tempat saya menginap di Padang. Bertemu teman-teman yang telah dengan setia menahan lapar, menunggu kedatangan saya untuk makan malam bersama. Ahhhh senangnya.


Allah memang Maha baik, Maha keren … Moga next time rejeki yang ga diduga-duga itu datang lagi yah, Paling tidak jangan cuma 2 jam, tapi semalam di Bukittinggi. Amiiin. 

Bola Pingpong dari Banjar


.

Pernah lihat penyu? Dari tv sih pernah tapi liat langsung belum. Tapi kalau makan telurnya? Udah dong. Hohoho, bangganya. Begini ceritanya, waktu pas lagi jalan ke Kalimantan Selatan alias banjarmasin. Seperti biasa, kita pasti hunting makanan khas daerah mana pun yg kita tuju sama oleh2 khas dari sana. Nah cuapek2 habis borong cincin, gelang dan kalung (wahhh serasa orang kaya) di martapura, kita langsung terbang kembali ke hotel yang letaknya di kota banjarmasin. Berhubung mobil yang kita sewa satu hari sayang nganggur, akhirnya kita lanjut aja tanpa balik ke hotel jalan2 di pinggiran sungai barito. Tak banyak yang bisa dilihat sih sebenarnya. Rumah2 penduduk yang berdiri dipinggir2 sungai, dengan aktivitas sehari-hari seperti mandi dan mencuci di pinggiran sungai


Nah walaupun ga terlalu puas karena ga bisa lihat pasar terapung yang terkenal disana itu, dikarenakan pasar terapung hanya ada subuh-subuh dan kami besoknya harus langsung berangkat dengan pesawat pagi. Jadinya kita memilih untuk mengisi perut saja. Berdasarkan rekomendasi dari driver yang memang asli sana, kami mendapatkan tempat makan yang lumayan nyaman. Penyajiannya sedikit persis dengan rumah makan padang, segala lauk dihidangkan. Tinggal kita saja mau pilih yang mana. Ada Ikan, pindang, saluang (ikan kecil khas banjarmasin), daaaan telur penyu.

Telur penyu yang sudah direbus persis seperti bola pingpong yang penyet sana sini. Cangkangnya putih bersih, sedikit lunak dan harus dikupas kalau ingin membuka isi dalamnya.

"Ayo dis, kapan lagi. Cobain" Seru salah seorang teman, agar aku mau mencoba sebutir saja telur penyu yang manis2 dihidangkan dihadapan kami.

Dengan sedikit komat kamit baca doa dan menarik napas panjang, akhirnya satu sendokan kecil isi telor masuk juga ke mulutku. Baunya, kayak bau telor, ya iyalah. Sedikit bau obat2 gitu, dan sedikit ada rasa pasir2 gitu. Untuk diketahui hanya bagian kuning dari telur penyu saja yang padat sedangkan putih telurnya tidak padat masih cair seperti telur mentah.

Hap ... hap .... Aku cuma kuat dua sendok kecil dan itupun secuil2. Akhirnya nyerah juga. Tapi lumayan bisa ngerasain. Buat pengalaman. Makan telur ayam udah, itik bebek udah, penyu udah tinggal telur cicak ama telur dinosaurus aja kali yah .... Hohohoho .... engga deeeeeeeh.

Bila Ku Pulang Nanti ... Hopefully!!!


.

Duh dah kebelet pengen pulang kampung. Smoga ada rezeki dan ada umur tahun ini pengeeeeen banget balik ke kampuang halaman. Delapan tahun buuuu !!! 30 Juni 2001 silam ... T_T
Bakalan berubah total tuh kampuang nan jauh dimato. Kayak apa ya? Wondering ... hehehe. Iseng-iseng berhayal kalo nanti kesampean pulang (hopefully), dah punya planning neh mau kemana ... Dah terjadwal, ruapiiii .....


1. Pengen nengok SD Terang Benderang (SD Negeri 26 Kubang Putih) ketemu sama guru2nya * Bu Ros (guru kelas 1ku), Bu Nur, Bu Yeni, Bu Lis (Guru agama yang super duper baik hati) dsbnya ... SMP Negeri Tercinta (SLTP Negeri 3 Banuhampu Sei Puar) dekat pasar Padang luar, nah disini penuh cerita cinta dan persahabatan. Sama SMU Favoritku (SMU Negeri 1 Bukittinggi) klo disini penuh persaingan akademik, menguras otak tapi still happy kok ... Nah disekolah2 kenangan ini aku pengen Poto2 dan mengingat kembali segala memoar yang pernah terjadi disana. Hik ... hik ... hik

2. Jalan-jalan ke sawah, menghirup udara kampuang yang masih perawan jauh dari polusi ... Lari2 di tengah sawah wakakaka *serasa indiaheeee ... aca2*

3. jalan-jalan ke Ngarai Sianok, menikmati panorama dan pemandangan alamnya yang asri. Terakhir kesana klo ga salah pas SD. Dah lama bo'. Pernah nonton acara wisata kuliner di tv, ternyata di bawah ngarai ada restoran yang jualan itik lado hijau ... yummmy, sekalian mau nyobain.

4. Belanja ke pasar bukittinggi, di pasar bawah makan sate yang dekat ngetemnya bendi2. Bau kotoran kuda sih, cuma tetep aja eunak. Semua makanan khas bukittinggi ada disini, lemang, cindua, wiiiiihhhhh. Puas deh pokoke. Nah klo Pasar atas, bisa belanja souvenir, baju, jilbab, sendal khas Bukittinggi, pokoke pernak-pernik minang lah. Lukisan, gantungan tas, dsbnya ....

5. Ke jam gadang. Pengen tau udah berubah seperti apa. Jangan2 angka empatnya udah ditukar menjadi IV bukan IIII lagi. Dan ga lupa poto2 disana.

6. Mifan, MInang Fantasy. Nah klo yang ini belum pernah liat sich. Baru liat di Inet katanya di Padang panjang udah ada tempat semacam Dufan kecil di Jakarta. Perlu juga nih ditengok, walaupun ga ngebet banget.

Yup ... Kira2 tempat2 inilah yang paling pengen aku datangin. Semoga tahun ini bisa ... tak cuma tempat, pun orang-orangnya seperti Fabio Rosa (gadis berkumis tipis), Fan, tuan muda Oryza Sativa, Tek Mas, Cimung, Ipat, Cayi. Dan Teman-teman masa kecil ku ....


Juanda, 16022009

Raun-raun ke Batam


.

Jadi malu, klo mau dibilang raun. Sadar buuuu .... ini kan dalam rangka dinas. Emmmhh ... ya ya ya. Jam 18.20 teng, pesawat Garuda yang membawa gue dan tim sampe juga di Bandara Hang Nadim Batam. Alhamdulillah. Bagi gue setiap kali naik pesawat selalu teringat sama Film Final Destination. Tanya kenapa?
Biar ga pada penasaran, gue bawa in viewnya Batam. Hasil hunting ke pulau Bintan dan kota Batam sekitarnya ....
Gambar ini diambil dari atas Planet Holiday hotel lantai 19 pagi-pagi .....Nah dibawah ini pemandangan di Tanjung Uban kep Bintan. Kita kesana ke depotnya Pertamina. Jreeeeeeeeeeenggggggggggg. Nah ini gambarnya ...
Bagus kan ??!! Emmmmmhhh, coba mampir sebentar ke Singapura, pasti lebih keren ... weleh2

Juanda, 17 Nov 08