Lelaki tua dan Kucing
.
Di pojok taman itu. Setiap pagi, setiap hari. Lelaki tua dan kucing. Tiga, empat, lima ... eenam, tujuh , tidak sampai sebelas kucing liar. lelaki itu duduk berjongkok, menghampiri satu persatu binatang kesayangan nabi Allah itu. serupa seorang ayah yang sedang membagi jatah roti untuk 10 orang anaknya. Semua harus kebagian, sama rata. Dari yang sulung hingga juru kunci si bungsu putih yang sedari tadi mengeong paling nyaring. Tabiat manja yang umum melekat pada mereka. Mengelus2kan kepalanya ke tungkai kaki lelaki tua itu. Mengiba. Berharap tak cuma sepotong makanan yang didapat tapi juga sebuah elusan tangan keriput lelaki tua itu, tanda sayang.
Seperti simbiosis mutualisma. Mereka saling membutuhkan satu sama lain. Di tengah perangai manusia kota yang kadang tak santun. Mengecilkan arti mereka. Adalah mereka hadir dalam dimensi yang mereka buat sendiri. Komunitas yang terabaikan. Terpinggirkan. Jalanan, kotor, liar, keras, jijik, kumuh. Deret nasib yang sama inilah yang mungkin menyatukan mereka.
Mungkin lelaki tua itu sangat nyaman bertukar cerita dengan 10 kucingnya. Ia sesekali tersenyum bahkan tertawa beberapa detik setelah mendengar eongan si tengah berbulu kuning. Ia paham betul, tabiat dan tingkah polah mereka.
Eeooooooooooooooooong ... eongggggggggggg ... eeeeeeeoooooooonggg ....
Entah dari mana 10 kucing itu berasal
pun lelaki tua itu ...
Eooooooooooooooong ... eeeoooooong ... eeeeoooooong
Menarik des...pak tuanya berubah jadi kucing...