Janji Joni (bukan Jini .... hik3)


.

Adakah janji seperti janji milik Joni? Seorang pengantar roll film dari satu bioskop ke bioskop lain dalam waktu yang relatif singkat. Before time not on time, sebuah konsekuensi dan tanggung jawab besar yang harus dipikulnya. Melenceng sedikit, seluruhnya bisa kacau. Untunglah ia adalah Joni, peran yang dimainkan oleh Nicholas Saputra. Bukan Toni, Jeni apalagi Jini (kalau yang ini perlu mediasi paranormal). Kenapa untung Joni? Karena Joni tak pernah ingkar janji (serupa merpati saja ... hehehhe). Janji Joni adalah sebuah judul film besutan anak negeri. Jujur aku sendiri belum pernah sama sekali menontonnya. Ada interest tersendiri dari film ini. Kata "Janji Joni". Wondering?! Apakah Joni seorang yang menepati atau malah ingkar janji. Simple sekali idenya. Namun cukup menggelitik saya. Tanya kenapa?

Siang bolong di Atrium Senen
Seorang wanita paruh baya duduk pewe' di sebuah kolam kecil melingkar di depan pintu masuk. Lidahnya menjilat-jilat ice cream choco top. Sangat konsentrasi. Gerakannya pun teratur dari atas kebawah. Tak ubahnya seperti jilatan anjing saat membasuh bulu2nya. Disampingnya tak jauh beda, seorang wanita paruh baya yang umurnya kutaksir sebaya. Ia lebih memilih ice cream cone, tentunya dengan harga yang lebih murah karena tanpa lumuran coklat. Memang tidak ada yang istimewa dengan 2 wanita paruh baya tsb. Tapi perbincangan diantara keduanya membuat aku tergoda untuk menguping (gubrak ...)

"Gimana nich, gue dah iya in lagi. Rencananya nanti sore dek Wahyu bakal datang ke rumah." Wanita penjilat ice cream choco top mengerutkan keningnya. Matanya masih tak lepas dari gunungan es krim yang mulai lumer. Kembali asyik menjilat dengan gerakan yang sedikit berbeda. Maju mundur.

"Gampanglah itu. Cari alasan aja, beres kan?! Emmmh ... bilang aja lo ga' bisa pergi bareng dia karena harus pergi melawat, ada kerabat yang meninggal keeeee .... " Ice cream putih di tangan wanita paruh baya kedua itu sudah tampak seperti daratan. Rata. Meninggalkan dua tiga kali jilatan lagi. Setelah itu tamatlah riwayatnya. Hanya batangan kerucut serupa corong minyak yang tersisa. Lumayanlah masih ada yang bisa digigit.

"Kemana?"Kali ini wanita paruh baya pertama memalingkan kepalanya ke kawan disampingnya itu.

"Ke Bogor. Biar jauhan dikit. Jadi pulangnya lama. Trus mau ga mau janjinya dibatalin. Gitu ..." Saran wanita paruh baya ke dua.

"Bogor? Aku kan ga punya kerabat disana."

"Ya udah Tangerang ..." Pilihan tepat untuk tempat2 yang nun jauh dari Jakarta. Kenapa tidak sekalian aja bilang ke LOndon aja ya, pikirku biar jauhan dikit.

"Pinteerrrr, tar gue telp dulu. Gue mau bilang wahyu klo janjinya dibatalin aja karena harus ngelawat ke Tangerang ... hehhehe ..."

Congrat ... Sebuah janji telah diingkari. Sebegitu mudah, enteng sekali. Hanya dengan menyulapnya dengan embel2 alasan yang dibuat2. Mungkin wanita itu perlu berkaca pada Joni. Betapa ia memegang kata-kata yang pernah diucapkannya. Janji adalah hutang. Mungkin karena Joni selalu menepati janjinya maka ia difilmkan. Sayang, coba kalau wanita paruh baya penikmat ice cream choco top itu memegang teguh janjinya. Mungkin kisah hidupnya sudah difilmkan ... Miris

Juanda, 21 Nov 08