Barisan Sakit Hati


.

Hari ini hari baru kataku. Walaupun hampir setiap hari kuulang-ulang, meyakinkan. Sejak peristiwa itu. Sulit untuk mengikhlaskan. Menengok kembali hal-hal yang selama ini kuacuhkan. Perang telah usai kawan. Pekik merdeka telah lama redam. Musuh telah menyerah pulang ke kandang. Pengorbanan tanpa imbalan sudah tak jaman. Perjuangan, bambu runcing, tinggal sejarah yang dihapal berulang-ulang di sekolahan tanpa dipahami dan direnungkan. Yang penting saat ujian kau bisa mengisi jawaban nama pahlawan. Imam Bonjol namanya, itupun kau tahu dari uang gocengan untuk membeli sepuntung rokok. Disana ada gambar lelaki berjanggut dan bersorban. Itu dia.

Sudah lama. Deklarasi kemerdekaan sudah ditandatangan. Kertasnya pun sudah menguning bolong-bolong dan kini terbingkai rapi di gedung tua sana yang mereka bilang namanya mesium. Sudah terlalu banyak yang kutinggalkan. Di hari ini tak ada lagi yang namanya demi bangsa, semua sibuk demi mengurus perut. Kewajiban diabaikan, hak dituntut. Aku terlalu lena seperti mereka. Makanya Tuhan tak suka.

Aku seperti bangun dari tidur panjang. telah banyak yang berubah. Revolusi, reformasi. entah apalagi nanti. Sudahlah aku tak peduli. karena kini asa dipaksa sirna. Cinta sudah tak ada. Hanya duka. benci. Dan aku terlanjur sakit hati. Titik

Sumber gambar : Google

Juanda, 31052011