Ingatkah kau (Kamis tengah hari, jam 12 siang itu)


.

Ingatkah kau, kamis tengah hari. Jam 12 siang itu? Kau mungkin lupa. Ah, tak mengapa. 

Sumber gambar : www.google.com

Ingatkah kau, kamis tengah hari. Jam 12 siang itu, saat matahari benar-benar merajai. Langkah kecilku lengkap menyapu lapangan sekolah kita. Bersama debu yang menghambur diantara kaki-kaki yang berlarian berebut bola. Ah, aku benci pelajaran olahraga. Saat anak-anak lain bergembira menunggu-nunggu jam pelajaran olah raga dimulai. Bagiku itulah awal derita. Tubuhku kecil, mungil tak ideal untuk pelajaran macam ini. Servis voliku tak pernah masuk-masuk, prestasi terbaikku bola menyentuh net, tak melampauinya sekali pun. Basket, apalagi. Tes memasukan bola ke dalam ring, akulah juru kuncinya. Tak jauh-jauh dari nol besar, kalaupun masuk sudah Alhamdulillah, bonus dari Tuhan.

Ingatkah kau, kamis tengah hari. Jam 12 siang itu? Ah sudahlah. Aku jujur bukan, ketika kukatakan disetiap tahunnya, akan ada hari-hari yang kubenci. Yah itulah hari dimana ada pelajaran olahraganya. Ketika pemilihan guru favorit setiap tahunnya, bisa kutebak apa yang ada di kepala anak-anak lainnya. Guru bahasa dan olahraga akan merajai puncak suara. Kau tahu, aku akan menutup rapat surat suaraku hari itu, hingga tak kuizinkan sesiapapun melihatnya. Karena pilihanku tak popular. Akan ada nama-nama langka yang bahkan bila dilafazkan orang-orang akan mengkerutkan keningnya tak mengerti nama guru-guru kami yang manakah gerangan. Dengan yakin aku tuliskan nama Bu Sita, guru matematika kami yang terkenal galak itu. Atau Pak Badrus guru biologi yang dianggap anak-anak sebagai guru yang gagal paham selera anak muda.

Ingatkah kau, kamis tengah hari. Jam 12 siang itu. Bahwa seluruh rahasia hidupku ada ditanganmu. Kau tahu aku benci olahraga namun cinta mati pada ilmu pasti. Bukan karena aku menyukai angka-angka. Bukan karena kekagumanku pada amuba yang mampu membelah diri sesukanya. Bukan karena aku paling tahu bagaimana membedakan asam dan basa. Bukan. Bukan karena aku mengidolakan eistein, newton dan sejenisnya, ah, siapa yang peduli nama-nama itu bila kau tanya pada orang-orang di kampungku. Tentu saja bukan itu. Saat pelajaran-pelajaran itu aku menemukanmu. Menemukan kelemahanmu. Kelemahan yang menarikmu kepadaku. Aku suka itu. Menatap wajah bingungmu ditengah-tengah hitungan logaritma. Menertawai gerutu dan kesalmu karena tak mampu membedakan mana gaya mana daya. Menunggu-nunggu sejumput tanyamu kepadaku tentang apa itu protozoa ataupun molusca. Haaa, aku suka tentang semua itu. Aku menjadi sempurna disana.

Ingatkah kau, kamis tengah hari. Jam 12 siang itu, saat matahari tak sedikitpun toleransi pada anak-anak negeri ini. Kami dipaksa berlari mengelilingi lapangan sekolah ini sebanyak tiga kali atas nama edukasi, pemanasan sebelum latihan biar kau tak pingsan dan kejang-kejang, begitu petuah guru favorit sekolah ini. Ahh, lengkap sudah kebencianku pada pelajaran ini. Sumpah serapah menyampahi bibirku. Kau tak akan pernah tahu. Hingga pada saat pluit tanda istirahat itu pun berbunyi. Aku tersandar dengan napas satu-satu. Wajahku basah oleh keringat dan erangan. Persis lenguhan budak-budak belian di perkebunan Araruna. Aku haus, awas mencari kiranya dimana sumber pelepas dahaga. Hingga mata ini tertuju padamu. Ya engkau... disana, bersama gadis berkacamata minus itu.

Ingatkah kau, kamis tengah hari. Jam 12 siang itu. Waktu seolah berputar terbalik sejak saat itu. aku mulai tak bisa membedakan lab kimia dengan lapangan olahraga, sama-sama busuk. Pelajaran matematika seolah berisi kumpulan angka-angka setan yang memusingkan. Biologi tak lagi menyenangkan. Peduli apa aku dengan cara reproduksi binatang tak bertulang belakang. Ah, aku bahkan lupa nama-nama guru yang akan kutulis saat pemilihan nanti. Susah payah aku mengingatnya, sesusah menghapalkan nama penemu fosil-fosil manusia prasejarah dunia. Tunggulah nanti, saat waktu itu datang surat suaraku tak akan lagi tertutup rapat. Aku akan ada di tengah kerumunan, bersorak mengiyakan, setuju bukan kepalang, guru olahraga pasti menjadi pemenang.


Ingatkah kau, kamis tengah hari. Pukul 12 siang itu ... saat aku tak lagi mengutuki pelajaran olahraga. 

-Catatan usang, medio Jan 2014-

Quote 24 Feb 2014


.

Dan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu, dan 

bersabarlah hingga Allah memberi keputusan dan Dia 

adalah Hakim yang sebaik-baiknya. 

(QS. Yunus 109)

Keberkahan Sedekah Seuntai Kalung


.

Ada Orang tua menghampiri Nabi dan ia berkata : " Ya Rasulallah, aku kelaparan, berilah aku makan, aku tidak punya pakaian, beri aku pakaian dan aku miskin beri aku kecukupan ". Rasul yang dermawan itu berkata : " Aku tak punya apapun untukmu, akan tetapi orang yang memberi petunjuk kepada kebaikan ganjarannya sama dengan orang yang melakukannya, karena itu cobalah datang ke rumah orang yang mencintai Allah dan RasulNya dan dicintai oleh Allah dan RasulNya, tentu dia akan mendahului Allah ketimbang dirinya sendiri, pergilah ke rumah Fatimah, hai Bilal, tolong antarkan ia ke rumah Fatimah.

Maka berangkatlah mereka ke rumah putri Rasul yang mulia Fatimah, sesampainya didepan rumah Fatimah, ia memanggil dengan suara keras : assalamu`alaikum, wahai keluarga Nabi shallallahu alaihi wa sallam, keluarga dimana Jibril as menurunkan alqur`an dari Rab semesta alam ". Setelah menjawab salam, Fatimah bertanya : " siapakah bapak? " Ia menjawab : " aku orang tua dari suku arab baduy, aku telah bertemu ayahmu, pemimpin umat manusia, sementara aku wahai putri Rasul, adalah orang yang tidak berpakaian, lapar dan miskin, bantulah aku, semoga Allah memberkahimu ".

Fatimah mengambil kalung yang dikenakanya dan hanya itulah satu-satunya milik yang paling berharga, diserahkanya kalung tersebut sambil berkata : " Ambillah ini dan juallah. Semoga Allah memberimu sesuatu yang lebih baik ". Orang itupun menerima kalung itu dengan gembira lalu pergi ke masjid untuk menjumpai Rasulullah, sesampainya di masjid ia menigatakan kepada Rasulullah : " Ya Rasulallah, Fatimah putrimu telah memberikan kalung ini dan ia berkata : " Juallah kalung ini, semoga Allah memberimu sesuatu yang lebih baik ".

Mendengar itu, Rasulullah pun menangis. Ammar pun berdiri seraya berkata : "Ya Rasulallah apakah anda mengizinkanku untuk membeli kalung itu? ". Rasulullah menjawab : ”Belilah wahai Ammar..”. Ammar bertanya : ”Dengan harga berapa engkau akan menjual kalung itu wahai saudaraku?”. Orang itu menjawab :”Seharga roti dan daging yang akan menghilangkan rasa laparku, selembar kain yaman yang akan menutupi auratku agar aku dapat shalat menghadap Rabbku dan satu dinar uang untuk pulang menemui keluargaku”.

Kemudian Ammar menjual bagian harta rampasan perang yang didapatkannya dari Rasulullah, tidak ada yang tersisa sedikitpun, ia berkata kepada orang arab baduy itu : "Anda akan saya beri uang 20 dinar 200 dirham, sehelai kain yaman, kendaraanku untuk mengantarkanmu sampai ke rumahmu dan rasa kenyang dari roti dan daging”. Orang itu berkata : “Duhai, betapa pemurahnya tuan ini. Semoga Allah memberkahi anda wahai tuan yang mulia”.

Ammar mengajak orang itu ke rumahnya dan memberikan semua yang dijanjikan kepadanya. Kemudian orang itu menjumpai Nabi shallallahu alaihi wa sallam, yang kemudian berkata : ”Sudahkah anda kenyang dan berpakaian?” Orang itu berkata : "Sudah Ya Rasulallah, bahkan demi Allah, aku menjadi orang yang kaya saat ini”.

Ammar pulang ke rumahnya mengambil kalung itu lalu meneteskan minyak misik dan membungkusnya dengan kain Yaman, ia memiliki seorang budak yang bernama Sahmun yang ia beli dari ghanimah yang didapatkannya saat perang kahibar. Kalung itu diserahkan kepada budaknya seraya berkata : ”Berikan ini kepada Rasulullah dan engaku sendiri aku hadiahkan untuk beliau”.

Budak itupun mengambil bungkusan kalung tersebut dan membawanya kepada Rasulullah lalu menyampaikan apa yang dikatakan Ammar. Rasulullah bersabda : "Pergilah kepada Fatimah, berikan kalung itu kepadanya dan engkau menjadi miliknya”. Datanglah budak itu menyampaikan apa yang dikatakan Rasulullah kepada Fatimah, Fatimah lalu menerima kalung itu, kemudian membebaskan Sahmun dari statusnya sebagai budak. Sahmun pun tertawa.

Fatimah bertanya :” Apa yang membuatmu tertawa ya ghulam?” Sahmun berkata : "Betapa besarnya keberkahan kalung ini, inilah yang membuatku tertawa. Kalung ini telah mengenyangkan orang yang lapar, memberi pakaian orang yang telanjang, menjadikan kaya orang yang miskin dan memerdekakan seorang budak, lalu kembali kepada pemiliknya”.


Sumber : Facebook Yusuf Mansur Network

Kebetulan itu Tak Ada : 10 Kata Ajaib di Ruang Pemeriksaan


.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan Bumi, dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (QS. Ali Imran 190)

Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri dan duduk, dan dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi sambil berkata: "Ya Tuhan kami, Engkau tidak menciptakan ini dengan sia-sia! Maha Suci Engkau! Maka peliharalah kami dari siksa neraka.(QS. Ali Imran 191)


                                                       Sumber gambar : www.google.com

Suatu waktu saya ke rumah sakit untuk cek mata. Ketika menunggu cukup lama akhirnya nama saya dipanggil. Didalam ruang periksa saya tertegun dengan sebuah tulisan yang menempel pada dinding ruangan. Tulisan tersebut dipahat pada sebuah kayu sepanjang kira-kira 30 sentimeteran. Begini bunyinya, "BILA KAU KIRA ITU MUSTAHIL, MAKA UBAHLAH IA DENGAN DOA". Tidak sia-sia rasanya menunggu antrian panjang untuk cek mata siang itu, karena bagi saya tulisan yang menempel pada dinding tersebut adalah salah satu bentuk bukti kasih sayang Allah kepada saya, Dia mengajak saya berkomunikasi walaupun secara tidak langsung. Bahwa untuk mengatasi segala permasalahan yang saya alami saat ini, yang harus saya lakukan adalah BERDOA. 

Mengutip dari buku OMA karangan Pak Naqoi, saya seolah mengalami One Minute Awareness, satu menit kesadaran yang mengubah cara pandang saya terhadap masalah. Segala kekhawatiran dan kegundahan saya akan permasalahan hidup selama ini seketika meleleh berganti dengan optimisme yang tinggi setelah membaca tulisan tersebut. Saya kembali yakin sepenuhnya dengan kata-kata bahwa, Allah tidak akan memberi ujian diluar batas kemampuan manusia, saya kembali yakin bahwa Allah itu Maha Pengasih dan Penyayang, saya kembali yakin bahwa menyikapi masalah dengan baik justru akan membuat manusia itu semakin dekat dengan Tuhannya. Saat manusia diberi kado berupa masalah oleh Allah, justru saat itu Allah sedang sangat dekat-dekatnya dengan kita. Bukankah dekat dengan Tuhannya adalah hal yang sangat diinginkan oleh setiap manusia yang beriman? Allah lebih intensif mengawasi, menunggu respon kita dalam menyikapi masalah tersebut, dan menunggu doa-doa kita.

Well, walaupun harus menunggu antrian pemeriksaan sampai hampir 2 jam, untuk cek mata yang hanya 5 menit, diteruskan dengan mengambil obat dan mengurus administrasi asuransi yang panjang dan lama, hehehe. Yah dihitung-hitung memakan waktu hampir 5-6 jam, tidak apa-apalah. Tidak ada yang sia-sia dan kebetulan, karena hari itu saya mendapatkan ilmu yang menjadi motivasi luar biasa. Sebuah tulisan yang tak lebih dari 10 kata yang menempel pada dinding ruang pemeriksaan. Memang bukan sebuah kebetulan tulisan itu saya baca, dan bukan kebetulan juga tulisan itu ada disana. Karena hidup memang bukanlah kebetulan. Ada hikmah dari setiap kejadian, tergantung bagaimana kita menyikapinya. 

Jakarta, 14 Feb 2014

Quote 13 Feb 2014


.

Berdoa .... 


Mendoakan ...


 Dan minta didoakan ... 

(Ust Yusuf Mansur)


UYM&Ibu1
Sumber gambar : www.google.com

Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk


.

Sumber gambar : www.google.com

Nonton film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijknya udah lama, kira-kira awal bulan Januari kemaren. Jujur awalnya sempet ga mau nonton, dengan alasan, film sebelumnya yang pernah mengadopsi karya Hamka dengan judul Dibawah Lindungan Ka'bah yang saya tonton bergambreng-gambreng bareng sama ibu dan ponakan-ponakan saya (alias nonton berjamaah dengan niatan luhur karena penasaran), sungguh-sungguh membuat saya kecewa. Nah, makanya pas ada lagi film yang mengangkat karya Hamka dan salah satu pemainnya ada yang sama dengan film sebelumnya, makanya saya angkat tangan. Persepsi saya udah terlanjur buruk. Pas liat poster filmnya saya malah manyun. Loh kok film yang diangkat dari novel Buya Hamka posternya malah kayak "gitu". Nah kayak "gitu"nya itu mungkin sebagian orang sudah mengerti. Karena seiring dengan beredarnya film ini banyak kritik (baca: protes) yang dilayangkan oleh sebagian orang (komunitas) yang menganggap poster film TKV sama sekali tidak mencerminkan karya seorang Hamka. Apalalagi film yang diangkat dari novel ini sarat dengan cerita yang berlatar adat dan budaya Minang yang sangat kental dengan nilai-nilai agamanya.Yang menjadi pertentangan adalah pakaian yang dikenakan oleh pemain perempuan (Pevita Pierce) yang ada di poster tersebut. Saya menyebutnya dengan baju Katebe (bukan katepe yah, hehehe) yang singkatannya tentu saja bukan Kartu Tanda Benduduk, tapiiii, ah, sudahlah cukup saya dan orang-orang Minang lain saja  yang tahu *bikin penasaran, Hehehe .... Rasa-rasanya baju seperti itu tidak lazim dan tidak pantas digunakan oleh gadis-gadis Minang jaman dulu. Saya setuju untuk hal ini. Well, lepas dari kontroversi yang ada. Akhirnya saya menonton juga film ini. Alasannya karena saya diracuni oleh pak gugel dan bu brosing. Di tengah kontroversi yang ada, tak sedikit komentar positif yang saya dapat dari orang-orang sehabis menonton film ini. Baguslah, luar biasalah, film of the yearlah, pokoknya bermacam-macam.

Nah, saya ingat betul, jam 22.24 pada satu malam gelap di bulan Januari (halahh), akhirnya dengan berat hati saya buat juga keputusan yang maha penting itu. Saya harus menonton film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk besok tepat jam 12 siang. Dan betul, saat jam 12 siang besoknya saya sudah memegang 2 tiket untuk film ini. :)

Film ini tayang hampir 3 jam (kurang). Terlalu lama memang. Kalau dibilang bosan karena kepanjangan jujur memang sempet pada scene-scene akhir (75% pemutaran) hal ini sedikit melanda saya. Namun karena keindahan tampilan gambar pada film ini yang beda dari film-film lainnya membuat saya hampir lupa dengan perasaan itu. Film ini digarap dengan serius. Tidak tanggung. Mulai dari bahasa yang digunakan (bahasa Minang dan Makassar), terlihat jelas dialog dengan dialek daerah benar-benar coba diterapkan oleh film ini, sampai-sampai ada subtitlenya. Walaupun ada beberapa bahasa Minang yang pengucapannya oleh lidah para pemain terdengar aneh, tapi bagi saya hal tersebut bisa dimaafkan. Latar berupa pemandangan alam Minang yang ditampilkan pada film memang tak bisa diabaikan. Luar biasa. Perfecto! keindahan alamnya yang menawan memiliki daya tarik tersendiri. Walaupun tak banyak scene tentang budaya dan adat istiadat Minang, namun saya bisa melihat bagaimana adat dan tradisi itu hadir dalam tutur, prilaku, dan tindak tanduk para tokoh dalam cerita. Bagaimana peran ninik mamak (paman) bagi ponakannya, perlunya musyawarah dan mufakat dalam mengambil keputusan terlihat dalam beberapa adegan di film ini. Satu yang pasti, kecanduan orang Minang jaman dulu menonton pertandingan kuda juga tersaji apik pada film ini. Untuk skenario, sepertinya film ini tidak mau jauh-jauh dari novelnya, yaitu sangat sastra sekali. Hal ini terlihat dari penggunaan bahasa yang indah mendayu-dayu yang ada di surat-surat yang dibuat oleh Hayati dan Zaenudin. Dalam film ini saya harus angkat topi untuk aktingnya Herjunot Ali yang berperan sebagai Zaenudin, pemuda miskin yang ibunya berasal dari Bugis dan ayahnya dari Minang. Bravo. Aktingnya jempolan. Herjunot berhasil terlihat sebagai seorang pemuda lugu yang gamang dan rendah diri saat ia memerankan Zaenudin diawal cerita. Namun dengan cepat ia mampu berubah menjadi seorang lelaki sukses yang penuh wibawa dan sangat disegani. Totalitas aktingnya topp. Ada juga Reza Rahadian, yang berperan sebagai Azis, lelaki kaya raya namun sombong yang akhirnya menikahi Hayati kekasih Zaenudin. Kalau untuk Reza memang tidak diragukan lagi, walau kali ini mendapat peran antagonis, tapi tetap aja superr untuk aktingnya. Untuk Hayati sendiri diperankan oleh Pevita Pierce, aktingnya lumayan. Mungkin karena Hayati diceritakan sebagai gadis kampung yang lemah dan penurut, entah kenapa saya melihat akting Pevita sedikit stak dan membosankan. Tapi satu hal, dalam film ini Pevita terlihat sangat cantik dan natural. jadi kalaupun aktingnya tak terlalu wah, saya jamin penonton apalagi yang cowok2 akan lupa dengan semua kekurangan itu karena terbius oleh kecantikannya. :)

Musik dan lagu, keseluruhan lagu di film ini dibuat oleh Nidji. Lagunya luarrrrr biasa. top markotop. Pas nonton film ini musik dan lagu yang mengiringi adegan peradegan amat sangat pas. Musik dan lagu yang diputar sangat cocok dengan cerita yang ingin disampaikan, dan mewakili perasaan apa yang sedang dirasakan oleh para tokoh dalam cerita. Jalan ceritanya menarik, kadang sedih, kadang sedih banget, dan kadang sedih bingit ... hehehe, pokoknya sedihlah. Namun ada juga lucu dan konyolnya, mixlah. 

Sebagus apapun film ini masih memiliki kekurangan, saya lebih suka menyebutnya dengan kejanggalan, salah satunya adalah cara berpakaian tokoh Hayati dalam cerita, terlalu modern, rasa-rasanya tidak pantas dikenakan oleh wanita2 minang jaman dulu. Selain itu juga terasa janggal melihat gaya hidup Azis dan keluarganya yang notabene orang Minang tulen, yang ke eropa-eropaan dan punya banyak teman orang Belanda. Hal itu mungkin saja, tapi kok bagi saya aneh aja ya, Azis digambarkan selevel dengan orang2 Belanda tersebut dan sangat dekat. Kalau dipikir2 Belanda pada zaman tersebut kan lagi jajah Indonesia, sedekat apapun Belanda itu dengan pribumi, tapi tetap ada batas. Namun dalam film ini, batas itu seolah hilang, tak terlihat mana kaum penjajah mana yang dijajah. Hiks

Kalau mengambil angka 1 sampai 10, maka saya akan memberikan angka 8 untuk film ini. Walaupun sudah tak tayang lagi di bioskop, tapi bagi saya film ini sangat rekomended. Selamat menonton ..... :)

Dan ini soundtracknya yang keren ituhhh ... :)

Sumber video : www.youtube.com

Jakarta, 12 feb 2014

Ayah : Kisah Buya Hamka


.


Ayah. Salah satu buku bagus yang saya rekomendasikan wajib untuk dibaca. Khususnya bagi anda yang ngaku2nya penggemar Hamka :) Buku terbitan Republika ini adalah hasil karya dari Irfan Hamka, salah seorang putra dari Buya Hamka. Tentu saja buku ini mengupas tuntas tentang sosok Buya Hamka dari sudut pandang Bapak Irfan sebagai anak Buya Hamka. Bagaimana Hamka, sebagai seorang ulama besar yang disegani di negaranya sendiri maupun dunia Internasional (Buya adalah salah satu penerima Doktor Honoris Causa dari Universitas Al Azhar tahun 1959. Kalau tidak salah, beliau adalah orang ke4 yang memperoleh gelar kehormatan tersebut, salah satunya juga adalah ayahnya H. Karim Amarullah). Beliau juga seorang pejuang kemerdekaan, politikus, penulis, sastrawan, dan bagi sebagian orang juga dianggap sebagai seorang sufi.

Begitu banyak kisah hidup Buya yang dituangkan pada buku Ayah ini. Mulai dari bagaimana Hamka muda yang sangat haus akan ilmu agama, belajar dengan gigih dan tidak malu bertanya pada orang-orang hebat. Kegigihan beliau terlihat saat Buya memberanikan diri nekat belajar agama sekaligus menunaikan rukun islam yang ke5 ke Mekah pada usia 18 tahun tanpa sepengetahuan sang ayah dan keluarga besarnya. Tak hanya pintar dan cerdas di urusan agama, Buya juga terkenal aktif berjuang melawan penjajahan, beberapa organisasi ia ikuti. Ia terjun langsung ke lapangan, bergerilya, dan harus rela berpindah-pindah tempat guna menghindari kejaran Belanda. Buya juga ahli bermain silat, khususnya silat minang. Beliau belajar dari pamannnya yang juga seorang pandeka (ahli silat) di kampungnya. Terdapat beberapa cuplikan tulisan yang menceritakan keahlian Buya dalam olahraga bela diri ini.

Buya bukan seorang yang pendendam, saya suka sekali membaca cuplikan-cuplikan kisah yang tertulis di buku ini tentang bagaimana arif dan bijaksananya seorang Buya Hamka. Sebaik apapun seseorang tentu ada saja yang tidak suka. Hal ini juga dialami oleh Buya. Beberapa lawan politik, ulama bahkan seorang wartawan pernah berseberangan dengannya. Sebut saja Soekarno, Muhammad Yamin sampai seorang Pramudia Anantatur. Bagaimana dulu tanpa alasan yang jelas Buya Hamka harus rela merasakan dinginnya penjara selama hampir 2.5 tahun pada masa pemerintahan Soekarno. Namun ia tak pernah dendam pada Soekarno,  Buya malah bersyukur dipenjara karena dengan beliau ditahan Buya berhasil merampungkan tafsir Al Quran, yang terkenal dengan tafsir Al Azhar. Keluasan hati beliau terlihat saat beliau meluluskan pesan terakhir orang yang pernah memenjarakannya itu. Soekarno berpesan bila ia meninggal nanti maka Hamkalah yang akan menjadi imam shalat jenasahnya, dan Hamka mengamininya.

Begitu pula halnya di dunia sastra. Bagaimana Pramudia Anantatur yang pernah menuduh Buya sebagai seorang plagiat atas karyanya Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk, Hamka tetap tenang. Buya tak dendam. Hal ini terlihat saat Pramudia meminta calon menantunya yang non muslim untuk belajar agama Islam kepada Hamka. Pramudia mengakui walaupun ia dan Hamka berseberangan dalam urusan politik dan ideologi, namun urusan agama ia tetap menyerahkan kepada Hamka. Kisah lainnya seperti perbedaan cara pandang Buya dengan Muhammad Yamin. Diceritakan saat rapat penentuan dasar negara Buya pernah mengusulkan Islam sebagai dasar negara ini, dasar negara diluar Islam hanya akan mendorong manusia ke jurang neraka. Pendapat Buya ini mendapat pertentangan keras dari seorang tokoh nasional yaitu Muhammad Yamin. Beliau memusuhi Buya akibat ucapan Buya yang tergolong berani tersebut. Namun Hamka tidak pernah dendam, sekali lagi hal ini terbukti saat detik-detik kematiannya, Muhammad Yamin meminta Buya Hamka untuk datang ke Rumah Sakit. Saat itu Buya datang, dan beliaulah yang membantu tokoh nasional itu untuk mengeja kalimat suci di akhir hidupnya. Buya pula yang mengantar jenasah beliau kembali ke Sumatera Barat.

Cuplikan-cuplikan kisah pada buku ini juga menceritakan bagaimana Hamka sebagai suami dan seorang ayah di tengah-tengah keluarga besarnya. Ada cerita yang unik, lucu, dan sedih. Salah satunya seperti kisah saat Buya dengan berani dan tegas menyatakan fatwa haram bagi umat Islam untuk ikut merayakan ibadah agama umat lain. saat itu beliau menjabat sebagai ketua MUI, karena fatwa beliau berseberangan dengan pemerintah, akhirnya Buya memilih mengundurkan diri sebagai ketua MUI. Buya juga pernah menolak undangan untuk datang ke istana guna menghadiri pertemuan dengan Paus yang saat itu berkunjung ke Indonesia. Menurut saya lelaki ini sangat luar biasa, selain cerdas, pintar ia juga berani dan tegas.

Banyak kisah-kisah lain tentang Buya Hamka yang dikupas tuntas di buku ini. Membaca buku ini saya seolah melihat visualisasi Buya Hamka dengan kisahnya sendiri-sendiri. Dengan tatapan mata bijaknya, dan kedalaman ilmu agamanya, saya seolah melihat bagaimana Buya duduk pada sebuah kursi dan kemudian asyik mengukir tinta penanya pada berlembar-lembar kertas, mungkin saja itulah lembaran yang kemudian kita kenal dengan nama Tafsir Al Azhar, atau novel Merantau ke Deli.

Emmm, dari cuplikan-cuplikan kisah yang saya baca. Satu hal yang selalu saya ingat betul. Buya sangat suka mengaji Al Quran sebelum tidur, beliau bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mengaji, sampai malam menjelang, sampai ia pun terlelap.

Demikian ....


Sumber gambar : www.google.com

Sister Over Flowers, Lee Seung Gi


.

Sudah lama rasanya tidak berkunjung dan mencurahkan isi hati dalam rangkaian kata (hahaha, sastra sekali ya), maksudnya nulis disini. Okeh, tidak mau memperpanjang mukadimah, kali ini saya mau kembali mengisi blog ini dengan tulisan tentang ..... Lee Seung Gi. Penting ya? Dibilang penting sih engga juga, paling tidak kali ini penting buat saya. :)

pas libur sabtu/minggu kemaren, pas nyetel tv, pencet remote sana sini sesukanya, eh malah akhirnya terdampar dengan khidmat di channel tv korea (M channel, klo ga salah), sebenarnya jujur saya udah jarang nonton yang namanya serial2 korea. Dengan satu alasan, "takut terjerumus" .... hahahha. Tenang2, maksudnya takut terjerumus ke yang namanya ketagihan, soalnya dampaknya sangat signifikan terhadap saya dan kelangsungan hidup orang-orang disekitar saya. halaaahhh ... Nonton korea, khususnya buat saya, suka bikin lupa waktu, selain itu berdampak disorientasi linguistik (bahasa serapan saya ), 7 hari 7 malam nonton korea bikin saya susah membedakan mana bahasa minang mana bahasa korea. hahaha .... entah kenapa orang2 dirumahpun serasa pada sipit semua habis nonton korea berhari-hari.

Sister Over Flower, nah ini acara yang saya tonton waktu itu, sebenarnya saya ga pernah tahu ini acara apa, saya kira SOF sejenis drama korea plesetan dari Boys Over Flower. Engga! Saya salah besar. Ternyata acara ini adalah reality show ala korea. Sejenis tantangan juga sih sebenarnya. Jadi ada satu bintang tamu (artis koreanya) mereka harus mendampingi 4 wanita korea biasa melakukan perjalanan ke negara2 tertentu. empat wanita ini usianya bervariasi, ada yang masih muda sampai ada yang sudah tua banget. Nah disitulah serunya.


Pas episode kemaren, pas banget bintang koreanya adalah Lee Seung Gi, bukan cuma Lee Seung Gi yang membuat saya betah duduk berlama-lama nonton SOF kali ini. Tapi karena destinasi negara yang ditujulah yang bikin saya merem melek gigit jari ... hahaha. Turki, sodara-sodara, Turkiiii .... Ahhhhh, salah satu negara tujuan wisata yang saya impi-impikan untuk didatangi. ah, kenapa dek Lee Seung Gi tak membawa saya saja, tapi oma2 ituuuuh!!

Selama perjalanan di Turki ada drama2 ala reality show korea yang disuguhkan. Tapi semua tersaji dengan apik dan baik. Mulai dari perjalanan di dalam Mesjid Biru Aya Sophia, lucunya melihat wajah lee seung gi dan 4 sisters lainnya yang takjub dan ga berhenti ternganga2 melihat keindahan dalam masjid. Banyak kejadian lucu dan unik di dalam masjid. Sayangnya ada pemahaman yang kurang dari para pemain reality show ini tentang sejarah masjid ini, tergambar dari komen-komen mereka, yang saya pikir sedikit salah. But well, gpp sih namanya juga belum tahu.

Lanjut ke tantangan dan drama ala reality show, mulai dari para sisters yang mulai keletihan, lee seung gi yang kena kutukan gasing turki, sampe kepanikan lee mengetahui salah satu sister ada yang terpisah dari mereka. Ah lucunya lagi melihat bagaimana Lee Seung Gi harus berfikir keras karena kesulitan menghitung uang yang akan ditukar ke money changer. Pada malam hari, kutukan gasing yang dibeli oleh Lee Seung Gi masih berlanjut, karena ternyata hotel tempat dia menginap kehabisan kamar. Awalnya Lee disarankan menginap bareng di kamar 2 sisters lain dengan extrabed. Tentu saja keadaan ini bikin 2 sisters bingung dan keadaan mendadak kaku sekaligus lucu. Tapiiii, Akhirnya diputuskan Lee menginap bersama para kru dan teknisi, yang kamarnya otomatis sempit dan berisik. hahahha .... Kasian kau Lee Seung Gi .....

Kalau penasaran dengan realitty show ini, ini ada sedikit previewnya (maaf linknya aja, habis ga bisa upload)

https://www.youtube.com/watch?v=up5GGj63GU4

Masih menunggu next destination, katanya sih kroasia ..... semangat Lee Seung Gi !!!

Sumber gambar : www.google.com
Sumber Video : www.youtube.com