Minggu-minggu ini saya mulai
sibuk (sibuk kepikiran). Gimana engga, seminggu selepas revisi proposal tesis
yang terasa tak berkesudahan dari bulan januari hingga april, akhirnya
alhamdulillah, puji syukur sebesar-besarnya saya panjatkan kepada Allah Tuhan
semesta alam, yang Maha dahsyat kasih sayang dan pertolongannya. Memang tidak
ada yang namanya sia-sia bila kita sudah berusaha. Jatuh bangun, nangis,
bingung, dan tak lelah-lelahnya berdoa kepadaNya, akhirnya semua terbayar sudah. Thanks a lot my God,
Alhamdulillah,finnaly minggu kedua di bulan april ini akhirnya saya menerima
pesan melalui imel kampus. Sempat kecolongan juga sih, imel dikirim tanpa
subject, dengan nama pengirim yang saya tidak kenal. HAmpir dua hari imel dari
kampus itu menginap di inbox saya tanpa tersentuh, karena memang saya tidak
tahu itu imel yang urgent (habis ga ada subject, kan saya pikir itu hanya imel
iklan promo jualan online atau spam-spam ga jelas). Tapi alhamdulillah, Allah
membimbing saya untuk membukanya. Eh ternyata, itu imel penting yang
mengabarkan bahwa saya sudah dapat dosen pembimbing tesis dan bisa segera
mengambil surat penunjukan dosen hari itu juga. Berhubung itu imel baru saya
buka hari sabtu. Padahal dikirimnya hari kamis. Akhirnya saya harus sabar
nunggu senin untuk mengambil surat tersebut.
Penasaran, deg-degan waktu surat
penunjukan dosen saya terima dari admin kampus. Deg-degan gemetarannya tidak
jauh beda saat ketemu sama orang yang diam-diam kita suka. Pengen ngajak
ngobrol tapi lidah udah kelu, bleng, keringatan dan gemetaran (hahha … baper). Amplop
yang saya terima cukup tebal dibandingkan tumpukan amplop yang ada di bawahnya.
Saking tebalnya rasa penasaran saya naik berkali-kali lipat (plus ngerutin
jidat). Pas saya buka. Semua tampak makin complicated. Berlembar-lembar surat
tersusun di dalamnya. Saya mencoba tenang. Satu persatu saya baca. Dahi saya
makin berkerut, tidak mengerti dengan surat-surat yang saya baca. Bolak balik
saya mengeja tulisan yang ada disana. “Nama dosennya itu ada dibagian atasnya
mba.” Seru pak dwi. Admin kampus yang sepertinya mulai memcium kekalutan yang
ada didepannya. “Tapi Pak … “ suara saya tercekat (hihihihih … agak
didramatisir). Ini sedikit aneh bagi saya. Saya mengerti sekali pada bagian
mana nama dosen dicantumkan. Bagian atas dibold lagi, mana mungkin saya tidak
melihatnya. Tapi yang menjadikansendi-sendi badan saya lemas bukan sekedar nama
dosen. Tapiii, lembaran surat itu mencantumkan dua nama. Yup 2 nama. Dosen
pembimbing satu dan dosen pembimbing 2. Artinya dosen pembimbing saya ada dua.
Jelas?! Oh dear my God, Allah Tuhan yang luar biasa kasih sayangnya. Kenapa
harus dua dosen. Setahu saya anak-anak yang lain hanya dibimbing oleh 1 orang
dosen saja. Lah ini saya malah dua. Sontak saya langsung bertanya ke pak dwi.
Singkat jawabannya tapi tidak melegakan pikiran saya yang makin menggalau.
“Iya, dua dosen. Yang lain juga ada kok.” Tapi kenapa? Jawaban yang makin
menggembungkan tanda tanya besar di kepala saya.
Kuliah senin malam itu saya
jalani dengan tidak fokus, konsentrasi saya pecah buyar memikirkan penyusunan
tesis nanti akan seperti apa. Dua dosen, sodara-sodara! Sepulangnya dari
kampus, saya langsung mengambil air wudhu. Shalat. Selepas saya shalat, saya
berdoa dan merenung. Kembali berpikir, bukankah Tuhan sudah mengabulkan doa
saya, untuk segera mendapatkan dosen bagi bimbingan tesis nanti. Apalagi yang
salah?
Dua dosen? Apakah itu buruk? Mungkin dalam pandangan saya itu buruk,
tapi Allah pasti punya rencana terindah. Bukankah saya sudah berdoa, agar
diberikan dosen yang terbaik. Tugas saya hanya meminta dan berusaha. Harusnya
saya bersyukur berkali-kali lipat. BUkannya malah mengeluh dan terus bertanya
why why dan why. Kuncinya Cuma satu, saya harus belajar ikhlas menerima. KArena dengan menerima, hal-hal positif
lainnya akan menyusul. Beban akan terasa lebih ringan, hanya ada prasangka baik
yang muncul. Dan keyakinan pada Allah akan semakin mengakar, bahwa Allah itu
sungguh maha baik. Apapun masalahnya kita tidak pernah sendiri, ada Allah.
Well, malam ini harusnya saya
nyalain laptop buat menyelesaikan tugas-tugas kuliah yang sudah menumpuk dan
revisi tesis (karena minggu lalu sudah ketemu sama 2 dosen pembimbing). Tapi
berhubung pengen nulis akhirnya yaa … nulis ini dululah. Apalagi ini loooonggg
weekend. Bagaimana pertama kali ketemu sama 2 dosen pembimbing yang belum
pernah saya kenal itu juga menyisakan cerita yang luar
biasa bikin geli dan menyeramkan. Menyeramkan? Yup … Penasaran? Tar diposting
lagi ….
Sungguh dibalik kesulitan ada kemudahan. Diulang 2 kali dalam Al Quran.
Dan saya yakini itu ….