0
komentar
Ingatkah kau (Kamis tengah hari, jam 12 siang itu)
.
Ingatkah kau,
kamis tengah hari. Jam 12 siang itu? Kau mungkin lupa. Ah, tak mengapa.
Sumber gambar : www.google.com
Ingatkah kau,
kamis tengah hari. Jam 12 siang itu, saat matahari benar-benar merajai. Langkah
kecilku lengkap menyapu lapangan sekolah kita. Bersama debu yang menghambur
diantara kaki-kaki yang berlarian berebut bola. Ah, aku benci pelajaran
olahraga. Saat anak-anak lain bergembira menunggu-nunggu jam pelajaran olah
raga dimulai. Bagiku itulah awal derita. Tubuhku kecil, mungil tak ideal untuk
pelajaran macam ini. Servis voliku tak pernah masuk-masuk, prestasi terbaikku
bola menyentuh net, tak melampauinya sekali pun. Basket, apalagi. Tes memasukan
bola ke dalam ring, akulah juru kuncinya. Tak jauh-jauh dari nol besar,
kalaupun masuk sudah Alhamdulillah, bonus dari Tuhan.
Ingatkah kau,
kamis tengah hari. Jam 12 siang itu? Ah sudahlah. Aku jujur bukan, ketika
kukatakan disetiap tahunnya, akan ada hari-hari yang kubenci. Yah itulah hari
dimana ada pelajaran olahraganya. Ketika pemilihan guru favorit setiap
tahunnya, bisa kutebak apa yang ada di kepala anak-anak lainnya. Guru bahasa
dan olahraga akan merajai puncak suara. Kau tahu, aku akan menutup rapat surat
suaraku hari itu, hingga tak kuizinkan sesiapapun melihatnya. Karena pilihanku
tak popular. Akan ada nama-nama langka yang bahkan bila dilafazkan orang-orang
akan mengkerutkan keningnya tak mengerti nama guru-guru kami yang manakah
gerangan. Dengan yakin aku tuliskan nama Bu Sita, guru matematika kami yang
terkenal galak itu. Atau Pak Badrus guru biologi yang dianggap anak-anak
sebagai guru yang gagal paham selera anak muda.
Ingatkah kau,
kamis tengah hari. Jam 12 siang itu. Bahwa seluruh rahasia hidupku ada
ditanganmu. Kau tahu aku benci olahraga namun cinta mati pada ilmu pasti. Bukan
karena aku menyukai angka-angka. Bukan karena kekagumanku pada amuba yang mampu
membelah diri sesukanya. Bukan karena aku paling tahu bagaimana membedakan asam
dan basa. Bukan. Bukan karena aku mengidolakan eistein, newton dan sejenisnya,
ah, siapa yang peduli nama-nama itu bila kau tanya pada orang-orang di
kampungku. Tentu saja bukan itu. Saat pelajaran-pelajaran itu aku menemukanmu.
Menemukan kelemahanmu. Kelemahan yang menarikmu kepadaku. Aku suka itu. Menatap
wajah bingungmu ditengah-tengah hitungan logaritma. Menertawai gerutu dan
kesalmu karena tak mampu membedakan mana gaya mana daya. Menunggu-nunggu
sejumput tanyamu kepadaku tentang apa itu protozoa ataupun molusca. Haaa, aku
suka tentang semua itu. Aku menjadi sempurna disana.
Ingatkah kau,
kamis tengah hari. Jam 12 siang itu, saat matahari tak sedikitpun toleransi
pada anak-anak negeri ini. Kami dipaksa berlari mengelilingi lapangan sekolah
ini sebanyak tiga kali atas nama edukasi, pemanasan sebelum latihan biar kau
tak pingsan dan kejang-kejang, begitu petuah guru favorit sekolah ini. Ahh,
lengkap sudah kebencianku pada pelajaran ini. Sumpah serapah menyampahi bibirku.
Kau tak akan pernah tahu. Hingga pada saat pluit tanda istirahat itu pun
berbunyi. Aku tersandar dengan napas satu-satu. Wajahku basah oleh keringat dan
erangan. Persis lenguhan budak-budak belian di perkebunan Araruna. Aku haus,
awas mencari kiranya dimana sumber pelepas dahaga. Hingga mata ini tertuju
padamu. Ya engkau... disana, bersama gadis berkacamata minus itu.
Ingatkah kau,
kamis tengah hari. Jam 12 siang itu. Waktu seolah berputar terbalik sejak saat
itu. aku mulai tak bisa membedakan lab kimia dengan lapangan olahraga,
sama-sama busuk. Pelajaran matematika seolah berisi kumpulan angka-angka setan
yang memusingkan. Biologi tak lagi menyenangkan. Peduli apa aku dengan cara
reproduksi binatang tak bertulang belakang. Ah, aku bahkan lupa nama-nama guru
yang akan kutulis saat pemilihan nanti. Susah payah aku mengingatnya, sesusah
menghapalkan nama penemu fosil-fosil manusia prasejarah dunia. Tunggulah nanti,
saat waktu itu datang surat suaraku tak akan lagi tertutup rapat. Aku akan ada
di tengah kerumunan, bersorak mengiyakan, setuju bukan kepalang, guru olahraga
pasti menjadi pemenang.
Ingatkah kau,
kamis tengah hari. Pukul 12 siang itu ... saat aku tak lagi mengutuki pelajaran
olahraga.
-Catatan usang, medio Jan 2014-