Mba Hangernya Mana?


.



Sedikit sensi kalau dengar kata hanger. Huhuhu, begini ceritanya, waktu itu tahun 2012 bertepatan dengan bulan puasa, saya bersama seorang teman pergi ke Bandung dalam rangka tugas kantor. Kebiasaan buruk saya kumat, untuk perjalanan yang tidak terlalu jauh dari Jakarta, seperti Bandung, saya sering acuh dan ga terlalu banyak prepare. Bandung ini, dekat kok.

Saya dan teman saya putuskan menginap di hotel X, ini kali pertama saya menginap disana. hotel tersebut dekat dengan travel yang kami tumpangi dari jakarta.  Tinggal jalan dikiiit, nyampe deh J. Karena teman saya masih ada jadwal kuliah, makanya kami ga berangkat bareng. Kuliahnya baru selesai jam 9 malam, jadi ia berangkat dari jakarta dengan menggunakan travel kira-kira jam 10an. Sedangkan saya memilih berangkat sore, jam 3an, niatnya biar sampai di Bandung sebelum Magrib, jadi bisa buka puasa disana sekalian. Yup, akhirnya saya nyampe juga di Bandung sebelum Magrib, 5 atau 10 menit menjelang azan.

Eiiit, untuk pertama kalinya dalam sejarah perjalanan yang saya alami, di hotel ini saya sadar kalau saya sedikit pikun. Hehehe, sedikit loh. Bagaimana tidak, pas mau check in hotel, pas mba resepsionisnya minta KTP, pas pula Kartu itu raib entah kemana. saya mulai kasak kusuk buka tutup dompet. Nervous dikit, habis takut dicurigain macam-macam sama mba nya. Saya baru ingat, KTP itu tertinggal di dalam tas ransel yang saya bawa waktu ke Yogya dalam perjalanan beberapa hari yang lalu. Haduuuh, ga mungkin saya harus menunggu teman saya datang, masih lama, mungkin saja tengah malam nanti ia baru sampai. Untunglah mba resepsionisnya percaya dengan alasan saya. Tidak ada KTP akhirnya saya pakai kartu pegawai, hehehe.

Selesai dengan KTP, saya dimintai uang penginapan. Oh Tuhan, masalah lagi, karena sebelumnya teman saya bilang pembayaran akan lewat kartu kredit dia saja. Tapi saat ini dia ga disini, saya telepon ga diangkat. Emmm, saya berpikir keras, bagaimana saya bisa seceroboh ini, lupa bawa KTP sekarang juga hanya bawa atm yang isinya ala kadarnya saja. Alhamdulillah Tuhan masih sayang sama orang sabar seperti saya, hehehe, ada uang cash di dompet kira-kira 300 ribuan, sebagai DP awal penginapan. Done!

Setelah dikasih kunci, saya langsung “terbang” ke kamar. Haaahhh, melelahkan dan memalukan. Rasa-rasanya mba resepsionis itu hapal betul wajah saya. Wajah-wajah ceroboh yang patut dikasihani. Pas mau menghempaskan badan ke kasur, eiiit, saya lupa kalau kuitansi DP uang yang saya kasih belum dibalikin ke saya. Haduuuh, gimana mau ngambil balik uangnya coba, kalau bukti kuintansinya ga ada. Akhirnya saya bergegas menelepon resepsionisnya. Untunglah mereka ingat dan langsung diantar ke kamar. Tepat jam setengah satu malam, teman saya sampai di hotel. Syukurlah, sedikit khawatir dengan keputusan dia yang berangkat malam-malam ke Bandung sendirian. Saking khawatirnya saya sampai tertidur pulas ... eh salah ya. Hehehe

Pas sahur, saya terpaksa jalan sendirian ke restoran hotel, berhubung sang teman tercinta tidak puasa. Dekat lobi sebelah kanan, begitu info mba resepsionis tadi sore. Tapi kenyataan yang saya jumpai berbeda, lobi sebelah kanan memang ada restorannya, ada meja dan kursi makan, tapiiii gelap sodara-sodara, tak setitik cahaya pun yang mampu menembusnya, haiiiiaaa ... L. Saya bingung. Saking bingungnya sebuah pertanyaan besar muncul di kepala saya, Thomas Alfa Edison itu jomblo apa bukan yah? Soalnya keseringan ngutak ngatik lampu daripada ngeceng di mall, laaah, ... hehehe. Untung lagi ada tamu lain yang seperti saya. Ditengah kebingungan, datanglah pahlawan kami, mas resepsionis dengan seragam kebesarannya, tanpa babibu, dengan tatapan nanar ia langsung mengarahkan telunjuknya lurus, kami manut aja. Dan benar adanya, ternyata misteri restoran yang hilang itu berhasil dipecahkan. Ternyata resto yang digunakan adalah resto hotel sebelah yang masih satu group dengan hotel yang saya tempati. Huuuuuuhhh ....

Saya dan teman saya menginap dua malam di sana. Alhamdulillah pekerjaan kami di Bandung, bertemu dengan orang-orang ITB berjalan dengan lancar. Pas mau pulang, saya dan teman saya kembali pulang sendiri-sendiri. Ia memilih balik ke Jakarta naik travel jam 5 pagi. Kalau dipikir-pikir memang aneh, mulai dari awal dia sampai di Bandung tengah malam dan balik ke Jakarta jam 5 pagi, saya mulai merinding dan bertanya-tanya, jangan-jangan dia ada hubungan kekeluargaan sama Edward Cullen, sama-sama takut matahari  ... ehmmmm

Kembali, tinggalah saya sendiri. Saya memilih pulang jam 7 pagi. Dengan semangat 45 saya langsung menuju meja resepsionis buat check out dsbnya. Wajah mba resepsionis terlihat senang, mungkin ia lega akhirnya saya keluar juga dari hotelnya. Hehehe ... DP yang pernah saya serahkan, saya terima kembali. Done!

Sesampai di travel saya langsung duduk manis dideretan bangku paling belakang. Ada dua mba-mba cantik  yang duduk di samping kanan saya. Setelah berbalas senyum seperlunya, akhirnya saya tertidur dengan khidmat. Alhamdulillah semua selesai, pekerjaan dan peristiwa di hotel yang mengharu biru, tamat juga.

15 menitan kemudian, tiba-tiba HP saya berbunyi, nomor yang tak dikenal, kode wilayah jelas-jelas punya Bandung. Saya angkat ....

Ya, hallo ...
Dengan ibu ades (suara di seberang sana)
Yup dengan saya sendiri
Maaf ibu, kami dari hotel X mau konfirmasi (suara di seberang sana)
Iya, ada apa yah mba?
Setelah kita check kamar ibu tadi, kok ada barang kita yang tidak ditemukan ya ... (suara di seberang sana)
Hah kok bisa?
Barang apa ya mba?
Satu buah Hanger .... (suara di seberang sana)

Waduuh, saya langsung panik, saking paniknya saya kembali tertidur pulas. Damn .... :(


Keterangan :
Hanger = gantungan baju

sumber gambar: www.google.com