Bukan Drama Asia !!!


.

Jeju island terlihat cerah. Matahari bersinar terik, tapi tak menyengat. Semuanya tampak nyaman dan hangat. Saat ini Seoul musim semi. Bunga sakura warisan Nipon tumbuh sehat di pinggiran jalan, menambah keromanisan negeri ini.


"Ji woo .... "

" Ya ..."

" Ji woo ... "

" Ya ..."

" Chou Ji woo."

"Emmmh ... we? Kenapa? "
" Tidak, aku hanya ingin mencoba mengingat namamu."

Gadis bernama Ji woo itu tersenyum. Disampingnya, seorang lelaki muda. Sama dengan JI woo, masih terbalut dalam seragam sekolah berwarna gelap. Memang tak seharusnya mereka disini. Tunggu sajalah esok, sebuah hukuman telah disiapkan oleh Tuan Muka Penuh bagi mereka berdua.

"Ji woo suka salju. Karena ia akan mencicipi butiran salju itu seperti ice cream. Emm."

Gadis itu tersipu. Ia menutup bibirnya dengan kedua telapak tangannya. Bola matanya berputar-putar jenaka. Lembutnya salju seakan terasa nyata dibibirnya saat ini. Tiba-tiba ia merindukan musim dingin.

"Ji woo tak suka Soju. Karena ia bukan gadis pemabuk yang menyebalkan."

Ji Woo, gadis muda itu. Bibirnya mengerucut, kedua pipinya mengembung. alis matanya menukik naik. Wajah yang jenaka. Membuat semua orang yang melihat akan tertawa terpingkal-pingkal. JI woo dengan satu gelas Soju, mabuk, sangat buruk sekali.

"Ji woo menyukai warna putih, karena putih adalah salju. Tapi entah kenapa ia selalu memakai sarung tangan musim dingin berwarna pink."
Gadis muda itu susah payah menahan tawa. Tampaknya lelaki disampingnya itu tak sembarang, ia tahu segala hal tentangnya. Tak perlulah ia menyesali tindakannya untuk kabur saat jam pelajaran sekolah masih berlangsung. Ikut bersama lelaki muda itu. Lihatlah dimana ia saat ini, Jeju Island, surga terindah yang pernah ada.

"Ji woo, suka melukis wajah. Karena ia ingin selalu mengingat setiap orang. "

Gadis muda itu terdiam. Wajahnya datar tak terbaca.

"Ji woo, adalah penipu. Karena ia selalu menutupi kesedihannya dengan menangis dibelakang tembok sekolah."

Gadis muda itu mengalihkan pandangannya ke arah lelaki muda itu. Sebentar. Ia kemudia tertunduk. Diam. Hanya helaan napasnya saja yang terdengar.

”Ji Woo, aku akan selalu mengingat namamu, 10, 20, 100 tahun hingga di kehidupan yang akan datang sekalipun.”

Tanah Basah. Negeri para peri bersayap tipis. Sibaklah kelopak mawar maka kau akan temukan makhluk mungil nan rancak itu terlelap disana. Negeri para kurcaci. pagi dan petang melantunkan mars penyemangat. Yeho ... yeho ... yeho ...

Bersambung ...