SURAT CINTA DARI K


.


Minggu-minggu ini saya mulai sibuk (sibuk kepikiran). Gimana engga, seminggu selepas revisi proposal tesis yang terasa tak berkesudahan dari bulan januari hingga april, akhirnya alhamdulillah, puji syukur sebesar-besarnya saya panjatkan kepada Allah Tuhan semesta alam, yang Maha dahsyat kasih sayang dan pertolongannya. Memang tidak ada yang namanya sia-sia bila kita sudah berusaha. Jatuh bangun, nangis, bingung, dan tak lelah-lelahnya berdoa kepadaNya, akhirnya semua  terbayar sudah. Thanks a lot my God, Alhamdulillah,finnaly minggu kedua di bulan april ini akhirnya saya menerima pesan melalui imel kampus. Sempat kecolongan juga sih, imel dikirim tanpa subject, dengan nama pengirim yang saya tidak kenal. HAmpir dua hari imel dari kampus itu menginap di inbox saya tanpa tersentuh, karena memang saya tidak tahu itu imel yang urgent (habis ga ada subject, kan saya pikir itu hanya imel iklan promo jualan online atau spam-spam ga jelas). Tapi alhamdulillah, Allah membimbing saya untuk membukanya. Eh ternyata, itu imel penting yang mengabarkan bahwa saya sudah dapat dosen pembimbing tesis dan bisa segera mengambil surat penunjukan dosen hari itu juga. Berhubung itu imel baru saya buka hari sabtu. Padahal dikirimnya hari kamis. Akhirnya saya harus sabar nunggu senin untuk mengambil surat tersebut.


Penasaran, deg-degan waktu surat penunjukan dosen saya terima dari admin kampus. Deg-degan gemetarannya tidak jauh beda saat ketemu sama orang yang diam-diam kita suka. Pengen ngajak ngobrol tapi lidah udah kelu, bleng, keringatan dan gemetaran (hahha … baper). Amplop yang saya terima cukup tebal dibandingkan tumpukan amplop yang ada di bawahnya. Saking tebalnya rasa penasaran saya naik berkali-kali lipat (plus ngerutin jidat). Pas saya buka. Semua tampak makin complicated. Berlembar-lembar surat tersusun di dalamnya. Saya mencoba tenang. Satu persatu saya baca. Dahi saya makin berkerut, tidak mengerti dengan surat-surat yang saya baca. Bolak balik saya mengeja tulisan yang ada disana. “Nama dosennya itu ada dibagian atasnya mba.” Seru pak dwi. Admin kampus yang sepertinya mulai memcium kekalutan yang ada didepannya. “Tapi Pak … “ suara saya tercekat (hihihihih … agak didramatisir). Ini sedikit aneh bagi saya. Saya mengerti sekali pada bagian mana nama dosen dicantumkan. Bagian atas dibold lagi, mana mungkin saya tidak melihatnya. Tapi yang menjadikansendi-sendi badan saya lemas bukan sekedar nama dosen. Tapiii, lembaran surat itu mencantumkan dua nama. Yup 2 nama. Dosen pembimbing satu dan dosen pembimbing 2. Artinya dosen pembimbing saya ada dua. Jelas?! Oh dear my God, Allah Tuhan yang luar biasa kasih sayangnya. Kenapa harus dua dosen. Setahu saya anak-anak yang lain hanya dibimbing oleh 1 orang dosen saja. Lah ini saya malah dua. Sontak saya langsung bertanya ke pak dwi. Singkat jawabannya tapi tidak melegakan pikiran saya yang makin menggalau. “Iya, dua dosen. Yang lain juga ada kok.” Tapi kenapa? Jawaban yang makin menggembungkan tanda tanya besar di kepala saya.
Kuliah senin malam itu saya jalani dengan tidak fokus, konsentrasi saya pecah buyar memikirkan penyusunan tesis nanti akan seperti apa. Dua dosen, sodara-sodara! Sepulangnya dari kampus, saya langsung mengambil air wudhu. Shalat. Selepas saya shalat, saya berdoa dan merenung. Kembali berpikir, bukankah Tuhan sudah mengabulkan doa saya, untuk segera mendapatkan dosen bagi bimbingan tesis nanti. Apalagi yang salah? 
Dua dosen? Apakah itu buruk? Mungkin dalam pandangan saya itu buruk, tapi Allah pasti punya rencana terindah. Bukankah saya sudah berdoa, agar diberikan dosen yang terbaik. Tugas saya hanya meminta dan berusaha. Harusnya saya bersyukur berkali-kali lipat. BUkannya malah mengeluh dan terus bertanya why why dan why. Kuncinya Cuma satu, saya harus belajar ikhlas menerima.  KArena dengan menerima, hal-hal positif lainnya akan menyusul. Beban akan terasa lebih ringan, hanya ada prasangka baik yang muncul. Dan keyakinan pada Allah akan semakin mengakar, bahwa Allah itu sungguh maha baik. Apapun masalahnya kita tidak pernah sendiri, ada Allah.

Well, malam ini harusnya saya nyalain laptop buat menyelesaikan tugas-tugas kuliah yang sudah menumpuk dan revisi tesis (karena minggu lalu sudah ketemu sama 2 dosen pembimbing). Tapi berhubung pengen nulis akhirnya yaa … nulis ini dululah. Apalagi ini loooonggg weekend. Bagaimana pertama kali ketemu sama 2 dosen pembimbing yang belum pernah saya kenal itu juga menyisakan cerita yang luar biasa bikin geli dan menyeramkan. Menyeramkan? Yup … Penasaran? Tar diposting lagi ….


Sungguh dibalik kesulitan ada kemudahan. Diulang 2 kali dalam Al Quran. Dan saya yakini itu ….

Apa Kabar Dunia? Ehmmm ...


.


HAiii …. Apa kabar dunia? Apa kabar Indonesia? Wah… wah hampir satu tahun lebih saya ga aktif di blog ini. Rentang waktu yang cukup lama. Banyak hal yang sudah saya lewatkan. Emmm … ada yang penasaran ga kemana saja putri cantik ini pergi? Hihihi … mungkinkah sang pangeran terlalu lama ngeja peta sampai nyasar kemana-mana? Tak jua menemukan sang putri tidur yang menunggunya dalam balutan mantra. Hahaiii …. Pas bangun-bangun sudah banyak yang berubah. Ngomong2 presiden kita udah ganti yah?


 
Sumber gambar : www.google.com

Duh, banyak sudah yang saya lewatkan. Mungkin saja dalam rentang waktu tidur panjang saya kemaren sudah tak terhitung jomblowan/ti yang sudah nyetak dan nyebar undangan pernikahan, kecuali saya. Ups, curhat dikit. Haaa, baiklah. Well, sebenarnya udah lama banget pengen kembali ke blog ini. Sekedar baca-baca atau benar-benar nulis di laman blog ini. Rutinitas seolah-olah sukses  menelan saya bulat-bulat sepanjang tahun ini. Kali ini tak sekedar sebuah kata “pekerjaan” saja yang membuat saya kadang ngiri sama amoeba, berharap bisa membelah diri sesukanya. Hingga cukup waktu mengerjakan apa saja yang kudu dan “fardu” saya laksanakan sebagai konsekuensi hidup yang saya pilih sebelumnya. Emmm, pembicaraan mulai terdengar berat.

Ya, begitulah kenyataannya. Terhitung dari bulan Agustus tahun 2014 kemaren, kesibukan dan jadwal saya tak hanya sekedar shooting dan shooting seperti tahun2 sebelumnya (abaikan). Intinya, sejak bulan itu saya sudah mengikatkan diri untuk terjerumus pada kemakmuran guna stabilisasi kualitas ekonomisasi yang harmonisasi ke depannya (serasa abis kesurupan vikinisasi). Eps, kemana tuh orang y? Udah kelar nyantren lom y? (abaikan lagi). Agustus atau Septemberan lah, saya lupa tepatnya, saya kembali mendedikasikan diri untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya di bangku kuliah. Jadi mahasiswa eh mahasiswi lagi, hahaiii. Kok merasa muda lagi dan imut yah di panggil mahasiswa, gitu. Ya saya ngampus lagi. Nah-nah, dari sanalah semuanya bermula kawan. Hingga tak sedikit pun waktu yg kemudian saya punya, walau sekedar bertegur sapa, gahol sama teman-teman, sampai-sampai saya tak punya waktu untuk bergosip2 cantik dengan abang sayuran langganan saya, yang ngakunya sebagai salah satu fans garis keras acara insert investigasi dan silet. Ahhh, semuanya kini tinggal kenangan yang memang tak pantas dikenang (baca : sampah).

Pekerjaan kantor yang memang tidak sedikit, ya you knowlah. Ditambah dengan jadwal kuliah yang super padat, membuat waktu seolah mengkerut bagi saya. Jam kuliah dimulai pukul 7 dan selesai jam 9.30 malam. Walaahhh, awal-awalnya memang saya sempat kewalahan. Badan sedikit menciut walau ga ekstrim2 banget mungkin kaget dengan rutinitas baru yang agak menyita tenaga, waktu dan pikiran (berat yah ternyata, baru nyadarrr). Cuma ya begitulah. Semua harus dijalani dengan sabar dan ikhlas. Prinsipnya sederhana, harus ada yang mengalah atau dikorbankan untuk meraih sesuatu yang lebih baik. Yah mungkin kali ini, saya harus pinter2 bagi pikiran, tenaga dan waktu saya agar niat mulia yang saya cita-kan bisa tercapai. Amin

Saya ingat perkataan salah seorang dosen saya di masa-masa awal perkuliahan. Dia salut dengan orang-orang yang duduk dengan setumpuk buku beratus2 halaman yang ada dihadapannya saat ini. Ya itulah kami (baca : saya dan teman2 kampus lainnya), yang sudah mengorbankan waktu istirahat sepulang kerja dengan harus duduk mendengarkan kuliah panjang lebar dari mereka. Menahan letih dan kantuk. Mengabaikan, entah tadi siang setumpuk pekerjaan menyita jam makan siangnya, entah tadi siang si bos minta laporan ini itu, dan entah apa lagi macam ragamnya yang terjadi tadi siang di kantornya. Melupakan sejenak waktu yang mungkin tertukar dengan keluarga. Harusnya saat ini sedang bersenda gurau dengan suami/istri dan anak, dengan ayah ibu atau saudara lainnya. Semua dikorbankan demi ilmu dan sebuah tujuan. Dosen saya meminjam sebuah istilah dalam ekonomi yaitu opportunity cost.Sederhananya, saya dan teman2 kampus lainnya sudah membuat pilihan dari beberapa alternatif pilihan yang ada. Dan bagi kami (baca : saya) mungkin inilah pilihan yang terbaik.

Well, begitulah sejarah singkat mengapa Belanda sampai saat ini sulit move on dari Indonesia. Kenapa? KArena eh karena, Indonesia sama Belanda itu dulu pernah punya hubungan. Emmm, nah berhubung sekarang udah putus, otomatis Indonesia jadi mantannya deh. Makanya Belanda susah move on … hahaha (khusus yg ini anggap ga pernah baca). Maksudnya begitulah sejarah singkat mengapa hampir setahun ini tulisan saya ga pernah nongol2 di blog ini. Jujur, sebenarnya saya udah ngebet2 cantik untuk nulis di blog ini. Tapia apa mau dikata. Alhamdulillah siang ini ada sedikit waktu. Eh, inget lagi kalau pernah punya blog. Untung saya masih ingat alamat dan password blog ini walau samar2. Pas ngeklik agak sedikit kaget, loh kok blog saya udah brewokan, gondrong dan kusam. Huff …. Walau sedikit ekstra kerja keras, ngelap sana sini, akhirnya blog ini terlahir kembali. Hihihihi

Next, moga tiap bulannya akan ada postingan terus yang bakal nongol di blog ini. Amin

Ingatkah kau (Kamis tengah hari, jam 12 siang itu)


.

Ingatkah kau, kamis tengah hari. Jam 12 siang itu? Kau mungkin lupa. Ah, tak mengapa. 

Sumber gambar : www.google.com

Ingatkah kau, kamis tengah hari. Jam 12 siang itu, saat matahari benar-benar merajai. Langkah kecilku lengkap menyapu lapangan sekolah kita. Bersama debu yang menghambur diantara kaki-kaki yang berlarian berebut bola. Ah, aku benci pelajaran olahraga. Saat anak-anak lain bergembira menunggu-nunggu jam pelajaran olah raga dimulai. Bagiku itulah awal derita. Tubuhku kecil, mungil tak ideal untuk pelajaran macam ini. Servis voliku tak pernah masuk-masuk, prestasi terbaikku bola menyentuh net, tak melampauinya sekali pun. Basket, apalagi. Tes memasukan bola ke dalam ring, akulah juru kuncinya. Tak jauh-jauh dari nol besar, kalaupun masuk sudah Alhamdulillah, bonus dari Tuhan.

Ingatkah kau, kamis tengah hari. Jam 12 siang itu? Ah sudahlah. Aku jujur bukan, ketika kukatakan disetiap tahunnya, akan ada hari-hari yang kubenci. Yah itulah hari dimana ada pelajaran olahraganya. Ketika pemilihan guru favorit setiap tahunnya, bisa kutebak apa yang ada di kepala anak-anak lainnya. Guru bahasa dan olahraga akan merajai puncak suara. Kau tahu, aku akan menutup rapat surat suaraku hari itu, hingga tak kuizinkan sesiapapun melihatnya. Karena pilihanku tak popular. Akan ada nama-nama langka yang bahkan bila dilafazkan orang-orang akan mengkerutkan keningnya tak mengerti nama guru-guru kami yang manakah gerangan. Dengan yakin aku tuliskan nama Bu Sita, guru matematika kami yang terkenal galak itu. Atau Pak Badrus guru biologi yang dianggap anak-anak sebagai guru yang gagal paham selera anak muda.

Ingatkah kau, kamis tengah hari. Jam 12 siang itu. Bahwa seluruh rahasia hidupku ada ditanganmu. Kau tahu aku benci olahraga namun cinta mati pada ilmu pasti. Bukan karena aku menyukai angka-angka. Bukan karena kekagumanku pada amuba yang mampu membelah diri sesukanya. Bukan karena aku paling tahu bagaimana membedakan asam dan basa. Bukan. Bukan karena aku mengidolakan eistein, newton dan sejenisnya, ah, siapa yang peduli nama-nama itu bila kau tanya pada orang-orang di kampungku. Tentu saja bukan itu. Saat pelajaran-pelajaran itu aku menemukanmu. Menemukan kelemahanmu. Kelemahan yang menarikmu kepadaku. Aku suka itu. Menatap wajah bingungmu ditengah-tengah hitungan logaritma. Menertawai gerutu dan kesalmu karena tak mampu membedakan mana gaya mana daya. Menunggu-nunggu sejumput tanyamu kepadaku tentang apa itu protozoa ataupun molusca. Haaa, aku suka tentang semua itu. Aku menjadi sempurna disana.

Ingatkah kau, kamis tengah hari. Jam 12 siang itu, saat matahari tak sedikitpun toleransi pada anak-anak negeri ini. Kami dipaksa berlari mengelilingi lapangan sekolah ini sebanyak tiga kali atas nama edukasi, pemanasan sebelum latihan biar kau tak pingsan dan kejang-kejang, begitu petuah guru favorit sekolah ini. Ahh, lengkap sudah kebencianku pada pelajaran ini. Sumpah serapah menyampahi bibirku. Kau tak akan pernah tahu. Hingga pada saat pluit tanda istirahat itu pun berbunyi. Aku tersandar dengan napas satu-satu. Wajahku basah oleh keringat dan erangan. Persis lenguhan budak-budak belian di perkebunan Araruna. Aku haus, awas mencari kiranya dimana sumber pelepas dahaga. Hingga mata ini tertuju padamu. Ya engkau... disana, bersama gadis berkacamata minus itu.

Ingatkah kau, kamis tengah hari. Jam 12 siang itu. Waktu seolah berputar terbalik sejak saat itu. aku mulai tak bisa membedakan lab kimia dengan lapangan olahraga, sama-sama busuk. Pelajaran matematika seolah berisi kumpulan angka-angka setan yang memusingkan. Biologi tak lagi menyenangkan. Peduli apa aku dengan cara reproduksi binatang tak bertulang belakang. Ah, aku bahkan lupa nama-nama guru yang akan kutulis saat pemilihan nanti. Susah payah aku mengingatnya, sesusah menghapalkan nama penemu fosil-fosil manusia prasejarah dunia. Tunggulah nanti, saat waktu itu datang surat suaraku tak akan lagi tertutup rapat. Aku akan ada di tengah kerumunan, bersorak mengiyakan, setuju bukan kepalang, guru olahraga pasti menjadi pemenang.


Ingatkah kau, kamis tengah hari. Pukul 12 siang itu ... saat aku tak lagi mengutuki pelajaran olahraga. 

-Catatan usang, medio Jan 2014-

Quote 24 Feb 2014


.

Dan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu, dan 

bersabarlah hingga Allah memberi keputusan dan Dia 

adalah Hakim yang sebaik-baiknya. 

(QS. Yunus 109)

Keberkahan Sedekah Seuntai Kalung


.

Ada Orang tua menghampiri Nabi dan ia berkata : " Ya Rasulallah, aku kelaparan, berilah aku makan, aku tidak punya pakaian, beri aku pakaian dan aku miskin beri aku kecukupan ". Rasul yang dermawan itu berkata : " Aku tak punya apapun untukmu, akan tetapi orang yang memberi petunjuk kepada kebaikan ganjarannya sama dengan orang yang melakukannya, karena itu cobalah datang ke rumah orang yang mencintai Allah dan RasulNya dan dicintai oleh Allah dan RasulNya, tentu dia akan mendahului Allah ketimbang dirinya sendiri, pergilah ke rumah Fatimah, hai Bilal, tolong antarkan ia ke rumah Fatimah.

Maka berangkatlah mereka ke rumah putri Rasul yang mulia Fatimah, sesampainya didepan rumah Fatimah, ia memanggil dengan suara keras : assalamu`alaikum, wahai keluarga Nabi shallallahu alaihi wa sallam, keluarga dimana Jibril as menurunkan alqur`an dari Rab semesta alam ". Setelah menjawab salam, Fatimah bertanya : " siapakah bapak? " Ia menjawab : " aku orang tua dari suku arab baduy, aku telah bertemu ayahmu, pemimpin umat manusia, sementara aku wahai putri Rasul, adalah orang yang tidak berpakaian, lapar dan miskin, bantulah aku, semoga Allah memberkahimu ".

Fatimah mengambil kalung yang dikenakanya dan hanya itulah satu-satunya milik yang paling berharga, diserahkanya kalung tersebut sambil berkata : " Ambillah ini dan juallah. Semoga Allah memberimu sesuatu yang lebih baik ". Orang itupun menerima kalung itu dengan gembira lalu pergi ke masjid untuk menjumpai Rasulullah, sesampainya di masjid ia menigatakan kepada Rasulullah : " Ya Rasulallah, Fatimah putrimu telah memberikan kalung ini dan ia berkata : " Juallah kalung ini, semoga Allah memberimu sesuatu yang lebih baik ".

Mendengar itu, Rasulullah pun menangis. Ammar pun berdiri seraya berkata : "Ya Rasulallah apakah anda mengizinkanku untuk membeli kalung itu? ". Rasulullah menjawab : ”Belilah wahai Ammar..”. Ammar bertanya : ”Dengan harga berapa engkau akan menjual kalung itu wahai saudaraku?”. Orang itu menjawab :”Seharga roti dan daging yang akan menghilangkan rasa laparku, selembar kain yaman yang akan menutupi auratku agar aku dapat shalat menghadap Rabbku dan satu dinar uang untuk pulang menemui keluargaku”.

Kemudian Ammar menjual bagian harta rampasan perang yang didapatkannya dari Rasulullah, tidak ada yang tersisa sedikitpun, ia berkata kepada orang arab baduy itu : "Anda akan saya beri uang 20 dinar 200 dirham, sehelai kain yaman, kendaraanku untuk mengantarkanmu sampai ke rumahmu dan rasa kenyang dari roti dan daging”. Orang itu berkata : “Duhai, betapa pemurahnya tuan ini. Semoga Allah memberkahi anda wahai tuan yang mulia”.

Ammar mengajak orang itu ke rumahnya dan memberikan semua yang dijanjikan kepadanya. Kemudian orang itu menjumpai Nabi shallallahu alaihi wa sallam, yang kemudian berkata : ”Sudahkah anda kenyang dan berpakaian?” Orang itu berkata : "Sudah Ya Rasulallah, bahkan demi Allah, aku menjadi orang yang kaya saat ini”.

Ammar pulang ke rumahnya mengambil kalung itu lalu meneteskan minyak misik dan membungkusnya dengan kain Yaman, ia memiliki seorang budak yang bernama Sahmun yang ia beli dari ghanimah yang didapatkannya saat perang kahibar. Kalung itu diserahkan kepada budaknya seraya berkata : ”Berikan ini kepada Rasulullah dan engaku sendiri aku hadiahkan untuk beliau”.

Budak itupun mengambil bungkusan kalung tersebut dan membawanya kepada Rasulullah lalu menyampaikan apa yang dikatakan Ammar. Rasulullah bersabda : "Pergilah kepada Fatimah, berikan kalung itu kepadanya dan engkau menjadi miliknya”. Datanglah budak itu menyampaikan apa yang dikatakan Rasulullah kepada Fatimah, Fatimah lalu menerima kalung itu, kemudian membebaskan Sahmun dari statusnya sebagai budak. Sahmun pun tertawa.

Fatimah bertanya :” Apa yang membuatmu tertawa ya ghulam?” Sahmun berkata : "Betapa besarnya keberkahan kalung ini, inilah yang membuatku tertawa. Kalung ini telah mengenyangkan orang yang lapar, memberi pakaian orang yang telanjang, menjadikan kaya orang yang miskin dan memerdekakan seorang budak, lalu kembali kepada pemiliknya”.


Sumber : Facebook Yusuf Mansur Network

Kebetulan itu Tak Ada : 10 Kata Ajaib di Ruang Pemeriksaan


.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan Bumi, dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (QS. Ali Imran 190)

Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri dan duduk, dan dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi sambil berkata: "Ya Tuhan kami, Engkau tidak menciptakan ini dengan sia-sia! Maha Suci Engkau! Maka peliharalah kami dari siksa neraka.(QS. Ali Imran 191)


                                                       Sumber gambar : www.google.com

Suatu waktu saya ke rumah sakit untuk cek mata. Ketika menunggu cukup lama akhirnya nama saya dipanggil. Didalam ruang periksa saya tertegun dengan sebuah tulisan yang menempel pada dinding ruangan. Tulisan tersebut dipahat pada sebuah kayu sepanjang kira-kira 30 sentimeteran. Begini bunyinya, "BILA KAU KIRA ITU MUSTAHIL, MAKA UBAHLAH IA DENGAN DOA". Tidak sia-sia rasanya menunggu antrian panjang untuk cek mata siang itu, karena bagi saya tulisan yang menempel pada dinding tersebut adalah salah satu bentuk bukti kasih sayang Allah kepada saya, Dia mengajak saya berkomunikasi walaupun secara tidak langsung. Bahwa untuk mengatasi segala permasalahan yang saya alami saat ini, yang harus saya lakukan adalah BERDOA. 

Mengutip dari buku OMA karangan Pak Naqoi, saya seolah mengalami One Minute Awareness, satu menit kesadaran yang mengubah cara pandang saya terhadap masalah. Segala kekhawatiran dan kegundahan saya akan permasalahan hidup selama ini seketika meleleh berganti dengan optimisme yang tinggi setelah membaca tulisan tersebut. Saya kembali yakin sepenuhnya dengan kata-kata bahwa, Allah tidak akan memberi ujian diluar batas kemampuan manusia, saya kembali yakin bahwa Allah itu Maha Pengasih dan Penyayang, saya kembali yakin bahwa menyikapi masalah dengan baik justru akan membuat manusia itu semakin dekat dengan Tuhannya. Saat manusia diberi kado berupa masalah oleh Allah, justru saat itu Allah sedang sangat dekat-dekatnya dengan kita. Bukankah dekat dengan Tuhannya adalah hal yang sangat diinginkan oleh setiap manusia yang beriman? Allah lebih intensif mengawasi, menunggu respon kita dalam menyikapi masalah tersebut, dan menunggu doa-doa kita.

Well, walaupun harus menunggu antrian pemeriksaan sampai hampir 2 jam, untuk cek mata yang hanya 5 menit, diteruskan dengan mengambil obat dan mengurus administrasi asuransi yang panjang dan lama, hehehe. Yah dihitung-hitung memakan waktu hampir 5-6 jam, tidak apa-apalah. Tidak ada yang sia-sia dan kebetulan, karena hari itu saya mendapatkan ilmu yang menjadi motivasi luar biasa. Sebuah tulisan yang tak lebih dari 10 kata yang menempel pada dinding ruang pemeriksaan. Memang bukan sebuah kebetulan tulisan itu saya baca, dan bukan kebetulan juga tulisan itu ada disana. Karena hidup memang bukanlah kebetulan. Ada hikmah dari setiap kejadian, tergantung bagaimana kita menyikapinya. 

Jakarta, 14 Feb 2014

Quote 13 Feb 2014


.

Berdoa .... 


Mendoakan ...


 Dan minta didoakan ... 

(Ust Yusuf Mansur)


UYM&Ibu1
Sumber gambar : www.google.com